BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pembahasan
Pendidikan
merupakan hal yang fundamental dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan sistem dan cara
meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan. Dalam sejarah
umat manusia, hampir tidak ada sekelompok manusia yang tidak menggunakan
pendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya, sekalipun
dalam masyarakat yang masih terbelakang (primitif).
Pendidikan berfungsi untuk mempersiapkan manusia
menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu maupun
secara kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa maupun antarbangsa. Bagi
pemeluk agama, masa depan mencakup kehidupan di dunia dan akhirat. Dengan
demikian, berbagai macam model pendidikan sangat tergantung dari rumusan wujud
atau jabaran manusia yang sejahtera dengan berbagai dimensinya.
Fungsi lain dari pendidikan adalah peradaban, hasil karya
manusia yang semula dimaksudkan untuk mendukung kesejahteraan manusia.
Mengingat peradaban bersifat evolusioner dan dinamis, berkembang dan berubah
maka fungsi pendidikan pun terus berubah dalam upaya terus mencapai kemajuan
sesuai dengan peradaban baru yang ingin diraih oleh suatu bangsa. Dalam hal ini,
pendidikan dipandang sebagai proses perubahan sosial terencana atau reformasi
damai.
Model pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman
disebut pendidikan yang relevan dengan zamannya. Tuntutan zaman silam, zaman
kini, dan tuntutan zaman yang akan datang merupakan konsekwensi yang harus
ditanggung oleh para pemangku pendidikan. Tuntutan zaman, sebagai refleksi
peradaban, termasuk di dalamnya sosial kemasyarakatan dan budaya sangat
dipengaruhi oleh kemajuan tekhnologi dan ekonomi, sangat terkait erat dengan
wilayah (geographic area) sehingga ada tuntutan (kebutuhan) yang bersifat
lokal, nasional, regional, maupun global.
Salah satu tujuan pendidikan pada akhirnya adalah
menyiapkan individu (dalam memenuhi kebutuhan individualnya) untuk dapat
beradaptasi/menyesuaikan diri atau memenuhi tuntutan-tuntutan sesuai wilayah
tertentu (nasional, regional ataupun global) yang senantiasa berubah. Manusia
yang bertahan dengan berbagai tuntutan tersebut adalah manusia yang adaptif, berkemampuan
tinggi untuk menghadapi berbagai perubahan yang terus menerus.
Sekolah merupakan lembaga formal untuk menimba ilmu bagi
seorang manusia. Di sekolah, seorang manusia diberi pengarahan dan pengetahuan
tentang sesuatu yang baru secara sistemik. Namun, di sekolah pula seorang manusia
mulai mengenal lingkungan baru yang lebih luas dari lingkungan sebelumnya yaitu
lingkungan keluarga. Ketika seorang anak beralih dari fase keluarga ke fase
sekolah, pada saat itulah pengaruh-pengaruh sekolah dan masyarakat yang lebih
luas mulai efektif berlaku dalam mengembangkan kepribadiannya dan membentuk
sistem yang bersifat moral dan sosial.
Pada fase sekolah inilah seorang anak mulai menerima
pengaruh-pengaruh pengajaran, pencerdasan, panutan yang baik, situasi-situasi
sosial, dan pola-pola kehidupan yang secara umum mendominasi kepribadian si
anak; bertemu dengan pengaruh-pengaruh fitrah, keturunan, serta lingkungan
rumah tangga, dan juga fenomena-fenomena perkembangan jasmani dan akal. Dengan faktor-faktor
baru inilah si anak dituntut untuk beradaptasi. Ketika si anak mampu
beradaptasi dengan baik, tentu dia akan mendapat stimulus yang baik pula; namun
ketika si anak beradaptasi dengan jelek, maka ia akan mendapat stimulus yang
jelek pula. Di sinilah peranan sekolah terhadap pendidikan seorang anak menjadi
sangat penting, mengingat ia merupakan media pertengahan antara media
masyarakat keluarga yang relatif sempit dengan media masyarakat yang lebih
luas. Sekolah diharapkan mampu membimbing dan mengarahkan anak didiknya ke arah
yang lebih positif, dewasa, dan siap mengahadapi segala masalah dikehidupannya.
Namun pada perkembangannya, hasil dari sebuah pendidikan
tidak selalu dapat memuaskan harapan dari orang tua, masyarakat, ataupun
negara. Kekecewaan tersebut bisa diperoleh akibat dari proses pelaksanaan
pendidikan, sistem pendidikan yang diberlakukan ataupun output lulusan sebuah
pendidikan yang jauh dari harapan. Jangan heran kalau kita melihat demo-demo
atau protes-protes yang dilakukan oleh masyarakat terhadap dunia pendidikan;
apakah demo itu dilakukan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh
suatu sekolah; atau sistem yang diberlakukan oleh fihak pemerintahan; ataupun
demo yang dilakukan terhadap suatu sekolah berkaitan dengan lulusan yang sangat
mengecewakan.
Hal ini tentu menjadi sebuah perenungan bagi kita, dimana letak
kesalahannya? Sistem pendidikan yang diberlakuakan? Proses pembelajaran? Atau
sumber daya manusia, baik pendidik maupun peserta didik? Tentu ini yang perlu
dipecahkan bersama. Maka dalam makalah sederhana ini, kami mencoba mengurai
tentang perlu adanya perubahan dalam dunia pendidikan. Makalah sederhana ini
kami beri judul ” Memahami Perubahan Dunia Pendidikan di Indonesia”
1.2
Rumusan dan Batasan Masalah
Dari
uraian latar belakang permasalahan di atas, untuk lebih terarah dan tersusunnya
makalah ini, maka kami merumuskan dan membatasi permasalahan dengan beberapa
pertanyaan sebagai berikut:
a.
Apa
makna dan tujuan dari inovasi (perubahan) pendidikan?
b.
Faktor-faktor
apa saja yang mendorong terjadinya perubahan pendidikan?
c.
Aspek-aspek
apa saja yang terjadi perubahan dalam
dunia Pendidikan?
d.
Apa
saja masalah yang muncul terkait dalam perubahan Pendidikan?
1.3
Tujuan Pembahasan
Dari
rumusan dan batasan masalah di atas, kami mempunyai tujuan pembahasan sebagai
berikut:
a.
Mengetahui
makna dan tujuan inovasi (perubahan) pendidikan
b.
Mengetahui
factor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan pendidikan
c.
Mengetahui
aspek-aspek yang perlu perubahan dalam pendidikan.
d.
Mengetahui
masalah-masalah yang muncul terkait perubahan pendidikan.
1.4
Sistematika Pembahasan
Untuk
lebih tersusun dan sistematisnya pembahasan ini, maka kami menyusun makalah ini
menjadi tiga bagian (bab) sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN,
terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Perumusan dan Pembatasan Masalah, Tujuan
Permasalahan dan Sistematika Pembahasan.
BAB II PEMBAHASAN, terdiri
dari: Pengertian dan Misi Tujuan Inovasi Pendidikan; Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perubahan Pendidikan; Sumber dan Proses Terjadinya Perubahan
Pendidikan; Aspek-Aspek Perubahan dalam Pendidikan; Masalah-Masalah yang Muncul
dalam Perubahan Pendidikan; dan Periodisasi Pendidikan di Indonesia.
BAB III
KESIMPULAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Misi Tujuan Inovasi Pendidikan
Inovasi
secara umum sering diartikan sebagai pembaharuan atau perubahan yang terjadi
dari satu keadaan kepada keadaan lain yang berbeda dengan keadaan sebelumnya.
Hugo F. Reading seperti dikutip oleh Dinn Wahyudin (2007; 8.3) menjelaskan
istilah innovation dalam tiga kategori yaitu innovation, innovation material
dan innovation non material. Innovation diartikan sebagai elemen cultural baru,
dan atau penerimaan tujuan-tujuan cultural baru oleh individu sembari menolak
alat-alat kelembagaan masyarakat. Innovation material diartikan sebagai inovasi
dalam kebudayaan material. Sedangkan innovation non material diartikan sebagai
inovasi atau pembaruan dalam kebudayaan non material.
Suatu
perubahan dapat dikatakan tergolong pada inovasi apabila perubahan tersebut
dilakukan dengan sengaja untuk memperbaiki keadaan sebelumnya agar lebih
menguntungkan bagi peningkatan kualitas kehidupan. Perubahan tidak dihasilkan
dari hal yang spontan, tapi perubahan dihasilkan dari ide-ide atau gagasan yang
muncul tatkala melihat sesuatu yang belum maksimal dari segi pencapaian
hasilnya.
Pembaruan
dalam bidang kebudayaan material akan mudah dicermati, seperti produk-produk
baru dalam sarana tekhnologi. Sementara pembaruan dalam bidang non material
dapat terlihat salah satunya yaitu dalam dunia pendidikan. Tuntutan dalam
memenuhi keinginan masyarakat dari dunia pendidikan tentu saja memerlukan
proses perubahan dalam dunia pendidikan itu sendiri. Pembaharuan dalam sector
pendidikan dilakukan sebagai upaya sengaja untuk memperbaiki hal-ihwal tentang
pendidikan, baik itu berbentuk hal, ide, atau pratek-praktek pendidikan.
Santoso
S. Hamidjojo sebagaimana dikutip Dinn Wahyudin (2007; 8.5) memberikan definisi
inovasi pendidikan sebagai berikut: “ Suatu perubahan yang baru dan kualitatif
berbeda dari hal (yang ada) sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk
meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam bidang pendidikan”.
Dari
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa inovasi bukan hanya ada perubahan dari
suatu keadaan kepada keadaan yang lain, tapi harus ada unsur kesengajaan, peningkatan
mutu dari sebelumnya dan terarah ke dalam peningkatana kualitas dan mutu.
Inovasi
dalam pendidikan tentu mempunyai misi dan tujuannya. Diantara misi dan tujuan
inovasi pendidikan adalah sebagai berikut:
a.
Inovasi
pendidikan mengemban misi atau kecenderungan untuk meninggalkan konsepsi
pendidikan yang terbatas bagi kepentingan elit tertentu, menuju pada konsepsi
pendidikan yang lebih demokratis.
b.
Inovasi
pendidikan mengemban misi yang cenderung berat sebelah dalam peningkatan
kemampuan pribadi di antara pengetahuan, sikap dan keterampilan, menuju pada
konsepsi pendidikan yang mengembangkan pola dan isi yang lebih komprehensif
dalam rangka pengembangan seluruh potensi yang dimiliki oleh manusia secara
bulat dan utuh.
c.
Inovasi
pendidikan mengemban misi yang cenderung bergerak dari konsepsi pendidikan yang
bersifat individual perorangan, menuju ke arah konsepsi pendidikan yang
menggunakan pendekatan yang lebih kooperatif.
Dari uraian
misi inovasi pendidikan di atas, dapat dikemukakan bahwa perhatian utama
pembaharuan pendidikan yang dilaksanakan khususnya di Negara kita tertuju pada
upaya mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik dalam arti meningkatkan
pemerataan kesempatan pendidikan, pelayanan pendidikan, meningkatkan mutu
proses dan hasil pendidikan serta meningkatkan efesiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan.
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Pendidikan
Perubahan
dalam dunia pendidikan adalah suatu keharusan; karena ilmu pengetahuan bersifat
dinamis dan berkembang, tentu saja pendidikan sebagai sarananya harus ikut
berkembang pula. Ada beberapa factor yang mempengaruhi tuntutan harus adanya
perubahan dalam dunia pendidikan, diantaranya adalah:
a.
Tuntutan
Masyarakat
Harapan
masyarakat terhadap dunia pendidikan sangat beragam. Ada diantara masyarakat
yang berharap bahwa output dari pendidikan adalah manusia yang siap pakai,
artinya ketika seorang siswa lulusan satu sekolah telah menyelesaikan
pendidikannya diharapkan ia sudah siap kerja. Di fihak lain ada sebagian
masyarakat yang mengharapkan bahwa output pendidikan satu sekolah itu lebih
menonjol dari segi apektifnya saja, sehingga ia menjadi generasi yang lurus dan
sholeh. Tentu saja harapan-harapan ini harus diakomodir oleh fihak sekolah yang
berujung harus adanya perubahan dalam pendidikan yang diselenggarakan.
Harapan
dan keinginan masyarakat dari hasil pendidikan, tentu harus dijabarkan oleh
para penanggung jawab pendidikan dalam hal ini lembaga pendidikan (sekolah)
dengan bentuk realisasi kurikulum pendidikan yang harus dibuat sesuai dengan
keinginan dan harapan masyarakat. Tentu lembaga pendidikan yang berorientasi
kepada lulusan yang siap pakai harus beda kurikulumnya dengan lembaga
pendidikan yang lebih mengutamakan siswanya dari aspek moralitas atau keagamaan
(pesantren); disinilah perlu adanya perubahan atau inovasi pendidikan dari segi
kurikulum.
b.
Lingkungan
yang berubah
Kondisi
dan lingkungan sekitar juga akan mempengaruhi terhadap penyelenggaraan
pendidikan. Lembaga pendidikan yang berada di kawasan perindustrian tentu saja
akan ada perbedaan dengan lembaga pendidikan yang berada di kawasan pertanian;
ataupun kawasan perkotaan akan berbeda dengan kawasan pedesaan, hal ini yang
harus dijadikan pemikiran dan pertimbangan oleh para pemangku kepentingan dalam
pendidikan.
Lembaga
pendidikan yang berada di kawasan perindustrian tentu harus memikirkan
kurikulum yang mampu berkorelasi dengan keperluan masyarakat yang ada di sekitar
tersebut; artinya lembaga pendidikan harus menyususn kurikulum yang dibutuhkan
oleh masyarakat perindustrian yang berada di sekitar lingkungan tersebut.
Sementara lembaga pendidikan yang berada di kawasan pertanian, tentu harus
menyusun kurikulum yang berkaiatan dengan pekerjaan yang digeluti masyarakat
sekitar yaitu pertanian.
c.
Tantangan
Dunia Baru
Perubahan
zaman akan menuntut dunia pendidikan untuk berubah. Dulu tidak ada dalam
kurikulum pendidikan mata pelajaran TIK ataupun informatika; namun seiring
perkembangan zaman yang menuju ke arah tekhnologi serba canggih dan serba
komputerisasi, maka di setiap sekolah sekarang pasti ada mata pelajaran TIK
atau informatika untuk membekali siswa-siswanya menghadapi tuntutan zaman.
Ketika
sebuah lembaga menafikan perkembangan zaman atau tantangan dunia baru, niscaya
ia akan terpinggirkan dan ditinggalkan oleh masyarakat. Salah satu contoh
adalah apabila sebuah lembaga pendidikan menolak kemajuan tekhnologi (adanya
computer, internet, HP dan lainnya) niscaya lembaga tersebut akan kurang
peminatnya atau mungkin tidak ada.
d.
Perubahan
Dunia Kerja
Lapangan kerja
yang tersedia juga akan mempengaruhi terjadinya perubahan dalam dunia
pendidikan. Pada saat ini dunia industry sangat mendominasi lahan pekerjaan.
Maka untuk merespon dan mempersiapkan SDM yang siap pakai, maka pemerintah
menggalakkan adanya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dimana di lembaga
pendidikan ini para siswa disiapkan untuk menghadapi dunia kerja yang nyata.
Dengan arus globalisasi yang terjadi, maka lapangan kerja tersedia beraneka
ragam, maka apabila lembaga pendidikan tidak pintar-pintar menyiasati dalam
proses pembelajarannya, niscaya para lulusannya akan terabaikan, dan akan
berdampak terhadap perkembangan lembaga pendidikan itu sendiri.
2.3 Sumber dan
Proses terjadinya Inovasi Pendidikan
Inovasi
atau pembaharuan yang dilakukan dalam bidang apa saja termasuk pembaharuan
pendidikan tidak terjadi dengan sendirinya tetapi direncanakan oleh fihak
tertentu sebagai pencetus ide atau gagasan baru untuk memperbaiki keadaan
sebelumnya, atau untuk memecahkan masalah tertentu yang sedang dihadapi.
Menurut Santoso S. Hamidjojo dalam Dinn Wahyudin (2007; 8.12) awal dari arus
informasi biasanya berawal dari dua sumber yaitu dari fihak bawah atau dari
fihak atasan (pimpinan). Biar pembaharuan itu lebih mengakar dan terasa ke
lapisan yang bawah (masyarakat) maka ide atau gagasan itu harus lahir dari
bawah; namun apabila tanpa ada restu atau keputusan dari atasan maka hal
tersebut juga sia-sia. Jadi sebaiknya sumber inovasi pendidikan tersebut harus
kerjasama antara atasan dan bawahan.
Dalam
proses pelaksanaan inovasi pendidikan menurut Santoso S. Hamidjojo (din
Wahyudin, 2007; 8.14) dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu dari fihak
penggagas, pencipta, dan pendorong inovasi; dan dari sudut pandang fihak
penerima. Ditinjau dari sudut penggagas, proses inovasi terdiri atas
tahapan-tahapan sebagai berikut:
a.
Tahap
pengenalan masalah, penelitian, perumusan lebih tajam dari masalah.
b.
Tahap
pengembangan yang meliputi saran alternative pemecahan masalah, percobaan
kembali, penilaian, dan seterusnya.
c.
Tahap
penyebaran yang meliputi penerangan, pengorganisasian, pemberian restu dan
sanksi, pengendalian dan pengawasan.
d.
Tahap
pencatatan (monitoring) dan penilaian.
Dari
sudut penerima gagasan, baik perorangan atau kelompok yang akan dikenai sasarn
perubahan, proses inovasi terdiri dari:
a.
Tahap
kesadaran
b.
Tahap
perhatian
c.
Tahap
penilaian
d.
Tahap
percobaan (trial)
e.
Tahap
penerimaan
2.4 Aspek-Aspek Perubahan dalam Pendidikan
Berdasarkan
komponen yang ada dalam keseluruhan komponen pendidikan, terdapat banyak hal
yang perlu mendapat perubahan, baik itu peningkatan, penyempurnaan, maupun
perbaikan melalui inovasi. Aspek-aspek tersebut antara lain menyangkut peserta
didik (pelajar), tujuan pendidikan, isi bahan ajar (materi pelajaran), media
pendidikan, fasilitas pendidikan, metode dan tekhnik komunikasi, struktur dan
tata laksana, hasil-hasil pendidikan, situasi belajar-mengajar dan lain sebagainya.
Santoso S. Hamidjojo seperti dikutip Dinn Wahyudin (2007; 9.3-9.6) merinci
aspek-aspek pendidikan di atas sebagai berikut:
A.
Komponen
peserta didik atau pelajar menurut: jenis kelamin, umur, motivasi
pendidikannya, kelompok ajarnya (learning group), kemampuannya (achievement),
sifat ajar (intelektual, keterampilan praktis), tingkat kelas atau jenjang
sekolahnya, tingkat dan jenis pekerjaan yang menjadi harapannya, waktu yang
disediakan anak didik, pengelompokkan berdasarkan latar belakang (status social,
keagamaan dan lain sebaginya).
B.
Tujuan
pendidikan, yang dapat diperinci menurut: tujuan kapasitas pribadi; tujuan
social, tujuan ekonomis, tujuan pendidikan menurut tingkatan dan jenis
pengajaran dan cara dan sarana untuk merumuskan tujuan pendidikan.
C.
Isi
pelajaran yang meliputi: jenis, efek atau dampak yang diinginkan, kapasitas
anak didik, bidang dan struktur ilmu-ilmu pengetahuan, kegunaan, tingkat
kemampuan mental dan derajat spesialisasi.
D.
Media
pembelajaran meliputi: media cetak, media proyeksi, media audio visual, media
elektronik, barang dan alat praktek, alat percobaan, alat observasi dan
penelitian.
E.
Fasilitas
pendidikan, meliputi: perabot serta alat dan perkakas baik menurut
pemakaiannya, tujuannya, frekuensinya dan penggunaannya, pengadaan, pembelian,
pemeliharaan, cara merencanakannya, maupun sumber mendapatkannya.
F.
Metode
dan teknik komunikasi, meliputi: interaksi langsung (tanpa media), dan interaksi tidak langsung (melalui media).
G.
Hasil
pendidikan, meliputi: hasil yang sesuia dengan rencana, hasil yang tidak
direncanakan, indicator hasil, cara mengukur dan atau menilai hasil pendidikan,
analisis hasil pendidikan dan tindak lanjutnya.
2.5 Masalah-Masalah Yang Muncul dalam Perubahan Pendidikan
Dalam
setiap perubahan apapun, pasti selalu ada nilai positif dan negative. Selain
nilai-nilai tersebut, setiap perubahan dalam segala sesuatu pasti ada tantangan
dan rintangan yang menghadang. Namun, halangan dan rintangan tersebut bukan
berarti menutup pintu untuk menuju perubahan, namun halangan dan rintangan
adalah tantangan untuk menuju sebuah kesuksesan perubahan.
Perubahan
dalam dunia pendidikan pun tidak lepas dari rintangan-rintangan yang
menghadang. Diantara rintangan-rintangan tersebut adalaha sebagai berikut:
a.
Rintangan
Nilai
System
nilai dan filsafat menempati posisi kunci dalam garapan pendidikan nasional.
Semua Negara menempatkan system nilai dan etika sebagai landasan utama dalam
merancang kurikulum nasionalnya. System nilai dan etika dijadikan sebgai
pijakan dan dasar pendidikan sebuah Negara.
Namun,
seiring perkembangan zaman ke arah yang serba modern dan menuju ke arah
globalisasi, tidak bisa tidak hal tersebut berpengaruh terhadap semua aspek
kehidupan termasuk pendidikan. Untuk mengimbangi dan mengikuti perkembangan
zaman, maka pendidikan pun harus berubah, baik dari segi tujuan, konsep,
kurikulum dan proses pendidikannya agar bisa sesuai dengan perkembangan zaman.
Namun
sayang bahwa perubahan tersebut harus berbenturan dengan system nilai dan etika
yang telah dibentuk; terkadang bahwa perubahan tersebut mengikis bahkan
menghilangkan system nilai yang telah dibangun. Hal tersebut bisa dicontohkan
dengan melihat lembaga pendidikan pesantren. Karena ingin mensejajarkan diri
dengan kurikulum pemerintah dan mengimbangi keinginan dan harapan masyarakat,
yang tadinya menggunakan 80% materi keagamaan, berubah menjadi 50% materi
keagamaan dan 50% materi umum, dan hal ini berdampak pada merosotnya
nilai-nilai keagamaan dan kepesantrenan yang telah ditanam dari dulu.
b.
Rintangan
Kekuasaan
Rintangan
kekuasaan dalam dunia pendidikan bisa berarti dalam dua dimensi, skala mikro
yaitu rintangan kekuasaan fihak pimpinan (kepala sekolah) ataupu fihak yayasan.
Hal ini terjadi apabila tidak adanya kesefahaman antara bawahan dan atasan.
Seorang bawahan (pendidik) yang ingin melakukan inovasi dalam pendidikan tidak
mendapat restu dari fihak atasan. Hal ini dimungkinkan dengan berbagai macam
ragam alasan, bahwa perubahan itu akan memerlukan pembiayaan yang cukup besar
atau perubahan tersebut akan mengancam kedudukan atau posisi fihak atasan.
Dimensi
kedua adalah skala makro yaitu rintangan yang dilakukan oleh fihak
pemerintahan. Hal ini bisa terjadi apabila sebuah lembaga pendidikan membuat
sebuah program atau kurikulum yang bertentangan dengan apa yang telah digariskan
oleh pemerintah. Salah satu contoh adalah apa yang terjadi terhadap pesantren
Umar bin Khattab yang diawasi dan dicurigai bahkan lebih jauhnya harus
dibubarkan karena di dalam kurikulum pesantren tersebut dianggap memuat hal-hal
yang dianggap membahayakan menurut pemerintah.
c.
Rintangan
Praktis
Rintangan
praktis adalah rintangan yang terjadi di lapangan ketika dilaksanakannya
perubahan pendidikan. Rintangan praktis ini menyangkut SDM pendidikan, proses
pembelajaran atau sarana dan prasarana. Perubahan pendidikan terkadang
terhambat karena kemampuan SDM apakah ketua yayasan, kepala sekolah, guru
ataupun peserta didik yang tidak siap melakukan perubahan tersebut.
Proses
pembelajaran pun terkadang tidak mendukung terhadap terjadinya perubahan
pendidikan. Proses pembelajaran yang tidak memperhatikan aspek-aspek
pendukungnya adalah salah satu contoh proses pembelajaran yang menghambat
terjadinya perubahan. Sarana dan prasarana pun bisa menjadi penghambat
terjadinya perubahan pendidikan; berapa sekolah yang berjalan di tempat bahkan
ada beberapa yang gulung tikar karena tidak didukung oleh sarana dan prasarana
yang memadai untuk melakukan inovasi pendidikan.
d.
Rintangan
Psikologis
Rintangan
psikologis dalam inovasi pendidikan lebih cenderung kepada kesiapan penerimaan
para stake holder pendidikan untuk menerima inovasi pendidikan tersebut. Karena
terkadang tidak semua stake holder sefakat ketika terjadinya pembaharuan atau
inovasi dalam pendidikan tersebut. Mulai dari pemerintah, lembaga pendidikan,
ketua yayasan, kepala sekolah, pendidik dan peserta pendidikan harus siap
secara psikologis untuk menerima perubahan atau inovasi dalam dunia pendidikan.
2.6 Periodisasi
Pendidikan di Indonesia
Sebagai
bukti bahwa pendidikan di Indonesia pun mengalami proses perubahan, berikut ini
dipaparkan tentang periodisasi pendidikan di Indonesia. Perkembangan pendidikan
di Indonesia menurut Dinn Wahyudin (2007; 4.3-4.55) dapat dibagi menjadi empat
periode, yaitu: Pendidikan sebelum kemerdekaan, pendidikan setelah kemerdekaan,
pendidikan selama PJP I, dan pendidikan masa sekarang.
A.
Pendidikan di Indonesia sebelum Kemerdekaan
Periode
ini pendidikan di Indonesia terbagi menjadi tiga periode, yaitu:
Ø Pendidikan yang berlandaskan ajaran keagamaan, meliputi zaman
keemasan Hindu-Budha (abad ke-4 s/d ke-16 M); Perkembangan kerajaan-kerajaan
Islam di Nusantara (abad ke-13) dan pendidikan Katolik yang dibawa penjajah
Belanda.
Ø Pendidikan yang berlandaskan kepentingan penjajah, meliputi empat
zaman yaitu: Zaman VOC, zaman colonial Hindia-Belanda, zaman colonial Belanda,
dan zaman pendudukan Jepang.
Ø Pendidikan dalam rangka Perjuanagn Kemerdekaan ditandai oleh
munculnya gerakan pendidikan yang dipelopori oleh Muhammadiyah, Perguruan Taman
Siswa, INS Kayutanam, pendidikan Ma`arif, dan perguruan Islam lainnya.
B.
Pendidikan di Indonesia setelah Kemerdekaan (1945-1969)
Dalam
kurun waktu 1945-1969, tujuan pendidikan nasional Indonesia mengalami lima kali
perubahan, mengikuti perubahan dalam suasana kehidupan kebangsaan kita. Pada
masa awal kemerdekaan amat menekankan pada penanaman jiwa patriotisme.
Sementara pada tahun 1950 dalam Undang Undang no. 4/1950 dinyatakan bahwa
“Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan
masyarakat dan tanah air”.
Tahun
1965 tujuan pendidkan di Indonesia berubah lagi sebgaimana tertera dalam Kepres
no. 145 tahun 1965, yaitu “ Tujuan pendidikan nasional kita baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta, dari pendidikan prasekolah
sampai pendidikan tinggi, supaya melahirkan warga Negara sosialis Indonesia
yang susila, yang bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis
Indonesia, adil dan makmur baik spiritual maupun material dan yang berjiwa
pancasila.
Tahun
1966 tujuan pendidikan berubah lagi manyususl meletusnya peristiwa G 30S/PKI,
maka melalui TAP MPRS n0. XXVII/MPRS/1966 tentang agama, pendidikan, dan
kebudayaan, tujuan pendidikan dirumuskan sebagai “ Membentuk manusia
Pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki
oleh pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan isi UUD `45”. Rumusan ini akhirnya
diperluas dan dipertajam dalam GBHN 1973 yang berbunyi:
“Pendidikan
pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah berlangsung seumur hidup. Pembangunan di
bidang pendidikan didasarkan atas falsafah Pancasila dan diarahkan untuk
membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, dapat mengembangkan kretifitas dan tanggung jawab, dapat
menyuburkan sikap demokratis dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan
kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai
bangsanya dan mencintai sesame manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub
dalam UUD `45”.
Pada
periode ini, pendidikan di Indonesia sudah mulai mengenalkan dengan system
persekolahan dengan pijakan dasar seperti apa yang dilakukan pada zaman Jepang.
System tersebut meliputi tiga tingkatan yaitu pendidikan rendah, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Pada periode ini kesempatan untuk belajar
terbuka untuk semua golongan tidak seperti pada zaman pemerintah colonial
Belanda, yang hanya pada kalangan tertentu saja.
C.
Pendidikan di Indonesia selama PJPT I (1969-1993)
Pembangunan
Jangka Panjang I meliputi lima pelita, yaitu Pelita I-V yang dimulai tehun
1969/1970 hingga tahun 1993/1994 atau 25 tahun. Selama kurun waktu tersebut,
pendidikan Indonesia mengalami banyak perubahan dan kemajuan. Hal ini terutama
ditandai oleh semakin luasnya kesempatan untuk memperoleh pendidikan pada semua
jalur, jenis, dan jenjang pendidikan; meningkatnya jumlah sarana prasarana
pendidikan yang tersedia serta tenaga yang terlibat dalam pendidikan;
meningkatnya mutu pendidikan dibandingkan masa-masa sebelumnya; semakin
mantapnya system pendidikan nasional dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta sejumlah peraturan
pemerintah yang menyertainya.
Namun
hingga berakhirnya Pelita V, pendidikan Nasional masih dihadapkan berbagai
tantangan baik kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif, tantangan
yang dihadapi menyangkut pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan
khususnya pendidikan dasar; sementara secara kualitatif tantangan yang dihadapi
berkenaan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan, peningkatan relevansi
pendidikan dengan pembangunan, serta efektivitas dan efesiensi pendidikan.
Pada
periode ini, selain pendidkan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi
yang telah ada semenjak periode pasca kemerdekaan; pendidikan periode ini
ditandai dengan perkembangan pendidikan di tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) yang
cukup mengesankan. Selain pendidikan Taman Kanak-Kanak, periode ini juga
ditandai dengan pendidikan luar sekolah yang diprioritaskan pada pemberantasan
buta aksara melalui perluasan jangkauan Kejar Paket A.
D.
Pendidikan di Indonesia Dewasa ini
Pendidikan
pada periode ini ditandai dengan adanya program wajib belajar Sembilan (9)
tahun yang bersamaan dengan peningkatan mutu, relevansi, dan efesiensi pada
semua jenis, jenjang, dan jalur pendidikan. Pada periode ini dicanangkan
pelaksanaanKurikulum 1994 yang diberlakukan secara bertahap, mulai tahun ajaran
1994/1995. Kurikulum 1994 disuusn dengan maksud agar proses pendidikan dapat
selalu menyesuaikan diri dengan tantangan yang terus berkembang sehingga mutu
pemdidikan akan semakin meningkat.
Pada
periode ini pemerintah menyediakan buku paket sebagai buku teks pokok yang
diadakan secara Cuma-Cuma kepada semua SD/MI di seluruh Indonesia, baik negri
maupun swasta. Pengadaan buku paket bertujuan untuk meningkatkan mutu
pendidikan dengan cara meningkatkan produksi dan distribusi buku yang lebih
bermutu, menjamin ketersediaannya di kelas serta pemanfaatannya secara maksimal
oleh guru dan siswa.
Selain
penyediaan buku paket, pada periode ini juga pemerintah berupaya meningkatkan
mutu pendidikan dengan menyelenggarakan pembinaan mutu guru. Menurut studi
Balitbang Dikbud bahwa ada korelasi antara tingkat pencapaian belajar siswa
denmgan penguasaan guru dalam mata pelajaran; makin tinggi penguasaan guru
terhadap materi pelajaran, makin tinggi pula prestasi belajar siswa.
Selain
dua hal di atas, hal lain yang perlu dicatat dalam perkembangan pendidikan di
Indonesia pada periode ini adalah dengan lahirnya sekolah-sekolah kejuruan pada
pendidikan tingkat menengah; hal ini terjadi dengan perkembangan bangsa
Indonesia yang mengarah kea rah perindustrian, sehingga dengan adanya
sekolah-sekolah kejuruan diharapkan alumni-alumninya siap pakai.
Itulah
gambaran periodisasi pendidikan yang terjadi di Indonesia, yang secara tidak
langsung memberikan gambaran bahwa pendidikan secara terus-menerus mengalami
perubahan dan inovasi sesuai dengan perkembangan zaman yang berlangsung.
BAB
III
KESIMPULAN
Dari
uraian pembahasan tentang perubahan pendidikan, ada beberapa kesimpulan yang
dapat kami sampaikan diantaranya adalah:
1.
Santoso
S. Hamidjojo memberikan pengertian inovasi (perubahan) pendidikan sebagai “
Suatu perubahan yang baru dan kualitatif berbeda dari hal (yang ada) sebelumnya
dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan
tertentu dalam bidang pendidikan”.
2.
Inovasi
(perubahan) pendidikan mempunyai tiga misi utama, yaitu: merubah pendidikan
dari objek terbatas menjadi lebih demokratis; mengembangkan kemampuan peserta
didik bukan hanya bertolak pada kemampuan kognitif dan apektif, tapi menuju
kepada kemampuan yang lebih komprehensif; merubah dari titik tolak pendidikan
yang sifatnya individu perorangan kepada sifat yang lebih kooperatif.
3.
Faktor-faktor
yang mendorong terjadinya perubahan dalam pendidikan adalah: tuntutan
masyarakat, perubahan lingkungan, menghadapi dunia baru, dan perubahan dunia
kerja.
4.
Masalah-masalah
yang muncul dalam perubahan dalam pendidikan diantaranya adalah: permasalahan
nilai, rintangan kekuasaan, rintangan praktis dan rintangan psikologi.
DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, M.Ag. Ilmu Pendidikan Islam. Staida Press Garut, 2005
Ihsan Zubaidi, Lc Bahrun Abu Bakar. Tahapan Mendidik Anak, Teladan Rasulullah SAW
(terj). Irsyad Baitus
Salam Bandung, 2005.
Iskandar MS, Prof. DR. H. Jusman. Teori Sosial. Pupaga Bandung, 2009
Shidiq, Abdul Rosyad. Psikologi Anak dan Remaja (terj).
Pustaka Kautsar Jakarta, 2003
Tafsir, DR. Ahmad. Ilmu Pedidikan Dalam Perspektif Islam. PT. Remaja Rosda Karya Bandung, 2004
Wahyudin, Dinn. Pengantar Pendidikan. PT. Universitas Terbuka Jakarta, 2007