Sabtu, 24 November 2012

Education Change



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Pembahasan
Pendidikan merupakan hal yang fundamental dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan. Dalam sejarah umat manusia, hampir tidak ada sekelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya, sekalipun dalam masyarakat yang masih terbelakang (primitif).
Pendidikan berfungsi untuk mempersiapkan manusia menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu maupun secara kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa maupun antarbangsa. Bagi pemeluk agama, masa depan mencakup kehidupan di dunia dan akhirat. Dengan demikian, berbagai macam model pendidikan sangat tergantung dari rumusan wujud atau jabaran manusia yang sejahtera dengan berbagai dimensinya.
Fungsi lain dari pendidikan adalah peradaban, hasil karya manusia yang semula dimaksudkan untuk mendukung kesejahteraan manusia. Mengingat peradaban bersifat evolusioner dan dinamis, berkembang dan berubah maka fungsi pendidikan pun terus berubah dalam upaya terus mencapai kemajuan sesuai dengan peradaban baru yang ingin diraih oleh suatu bangsa. Dalam hal ini, pendidikan dipandang sebagai proses perubahan sosial terencana atau reformasi damai.
Model pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman disebut pendidikan yang relevan dengan zamannya. Tuntutan zaman silam, zaman kini, dan tuntutan zaman yang akan datang merupakan konsekwensi yang harus ditanggung oleh para pemangku pendidikan. Tuntutan zaman, sebagai refleksi peradaban, termasuk di dalamnya sosial kemasyarakatan dan budaya sangat dipengaruhi oleh kemajuan tekhnologi dan ekonomi, sangat terkait erat dengan wilayah (geographic area) sehingga ada tuntutan (kebutuhan) yang bersifat lokal, nasional, regional, maupun global.
Salah satu tujuan pendidikan pada akhirnya adalah menyiapkan individu (dalam memenuhi kebutuhan individualnya) untuk dapat beradaptasi/menyesuaikan diri atau memenuhi tuntutan-tuntutan sesuai wilayah tertentu (nasional, regional ataupun global) yang senantiasa berubah. Manusia yang bertahan dengan berbagai tuntutan tersebut adalah manusia yang adaptif, berkemampuan tinggi untuk menghadapi berbagai perubahan yang terus menerus.
Sekolah merupakan lembaga formal untuk menimba ilmu bagi seorang manusia. Di sekolah, seorang manusia diberi pengarahan dan pengetahuan tentang sesuatu yang baru secara sistemik. Namun, di sekolah pula seorang manusia mulai mengenal lingkungan baru yang lebih luas dari lingkungan sebelumnya yaitu lingkungan keluarga. Ketika seorang anak beralih dari fase keluarga ke fase sekolah, pada saat itulah pengaruh-pengaruh sekolah dan masyarakat yang lebih luas mulai efektif berlaku dalam mengembangkan kepribadiannya dan membentuk sistem yang bersifat moral dan sosial.
Pada fase sekolah inilah seorang anak mulai menerima pengaruh-pengaruh pengajaran, pencerdasan, panutan yang baik, situasi-situasi sosial, dan pola-pola kehidupan yang secara umum mendominasi kepribadian si anak; bertemu dengan pengaruh-pengaruh fitrah, keturunan, serta lingkungan rumah tangga, dan juga fenomena-fenomena perkembangan jasmani dan akal. Dengan faktor-faktor baru inilah si anak dituntut untuk beradaptasi. Ketika si anak mampu beradaptasi dengan baik, tentu dia akan mendapat stimulus yang baik pula; namun ketika si anak beradaptasi dengan jelek, maka ia akan mendapat stimulus yang jelek pula. Di sinilah peranan sekolah terhadap pendidikan seorang anak menjadi sangat penting, mengingat ia merupakan media pertengahan antara media masyarakat keluarga yang relatif sempit dengan media masyarakat yang lebih luas. Sekolah diharapkan mampu membimbing dan mengarahkan anak didiknya ke arah yang lebih positif, dewasa, dan siap mengahadapi segala masalah dikehidupannya.
Namun pada perkembangannya, hasil dari sebuah pendidikan tidak selalu dapat memuaskan harapan dari orang tua, masyarakat, ataupun negara. Kekecewaan tersebut bisa diperoleh akibat dari proses pelaksanaan pendidikan, sistem pendidikan yang diberlakukan ataupun output lulusan sebuah pendidikan yang jauh dari harapan. Jangan heran kalau kita melihat demo-demo atau protes-protes yang dilakukan oleh masyarakat terhadap dunia pendidikan; apakah demo itu dilakukan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh suatu sekolah; atau sistem yang diberlakukan oleh fihak pemerintahan; ataupun demo yang dilakukan terhadap suatu sekolah berkaitan dengan lulusan yang sangat mengecewakan.
Hal ini tentu menjadi sebuah perenungan bagi kita, dimana letak kesalahannya? Sistem pendidikan yang diberlakuakan? Proses pembelajaran? Atau sumber daya manusia, baik pendidik maupun peserta didik? Tentu ini yang perlu dipecahkan bersama. Maka dalam makalah sederhana ini, kami mencoba mengurai tentang perlu adanya perubahan dalam dunia pendidikan. Makalah sederhana ini kami beri judul ” Memahami Perubahan Dunia Pendidikan di Indonesia”
1.2  Rumusan dan Batasan Masalah
Dari uraian latar belakang permasalahan di atas, untuk lebih terarah dan tersusunnya makalah ini, maka kami merumuskan dan membatasi permasalahan dengan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a.       Apa makna dan tujuan dari inovasi (perubahan) pendidikan?
b.      Faktor-faktor apa saja yang mendorong terjadinya perubahan pendidikan?
c.       Aspek-aspek  apa saja yang terjadi perubahan dalam dunia Pendidikan?
d.      Apa saja masalah yang muncul terkait dalam perubahan Pendidikan?
1.3  Tujuan Pembahasan
Dari rumusan dan batasan masalah di atas, kami mempunyai tujuan pembahasan sebagai berikut:
a.       Mengetahui makna dan tujuan inovasi (perubahan) pendidikan
b.      Mengetahui factor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan pendidikan
c.       Mengetahui aspek-aspek yang perlu perubahan dalam pendidikan.
d.      Mengetahui masalah-masalah yang muncul terkait perubahan pendidikan.
1.4  Sistematika Pembahasan
Untuk lebih tersusun dan sistematisnya pembahasan ini, maka kami menyusun makalah ini menjadi tiga bagian (bab) sebagai berikut:
BAB I  PENDAHULUAN, terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Perumusan dan Pembatasan Masalah, Tujuan Permasalahan dan Sistematika Pembahasan.
BAB II PEMBAHASAN, terdiri dari: Pengertian dan Misi Tujuan Inovasi Pendidikan; Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Pendidikan; Sumber dan Proses Terjadinya Perubahan Pendidikan; Aspek-Aspek Perubahan dalam Pendidikan; Masalah-Masalah yang Muncul dalam Perubahan Pendidikan; dan Periodisasi Pendidikan di Indonesia.
BAB III KESIMPULAN












BAB  II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Misi Tujuan Inovasi  Pendidikan
Inovasi secara umum sering diartikan sebagai pembaharuan atau perubahan yang terjadi dari satu keadaan kepada keadaan lain yang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Hugo F. Reading seperti dikutip oleh Dinn Wahyudin (2007; 8.3) menjelaskan istilah innovation dalam tiga kategori yaitu innovation, innovation material dan innovation non material. Innovation diartikan sebagai elemen cultural baru, dan atau penerimaan tujuan-tujuan cultural baru oleh individu sembari menolak alat-alat kelembagaan masyarakat. Innovation material diartikan sebagai inovasi dalam kebudayaan material. Sedangkan innovation non material diartikan sebagai inovasi atau pembaruan dalam kebudayaan non material.
Suatu perubahan dapat dikatakan tergolong pada inovasi apabila perubahan tersebut dilakukan dengan sengaja untuk memperbaiki keadaan sebelumnya agar lebih menguntungkan bagi peningkatan kualitas kehidupan. Perubahan tidak dihasilkan dari hal yang spontan, tapi perubahan dihasilkan dari ide-ide atau gagasan yang muncul tatkala melihat sesuatu yang belum maksimal dari segi pencapaian hasilnya.
Pembaruan dalam bidang kebudayaan material akan mudah dicermati, seperti produk-produk baru dalam sarana tekhnologi. Sementara pembaruan dalam bidang non material dapat terlihat salah satunya yaitu dalam dunia pendidikan. Tuntutan dalam memenuhi keinginan masyarakat dari dunia pendidikan tentu saja memerlukan proses perubahan dalam dunia pendidikan itu sendiri. Pembaharuan dalam sector pendidikan dilakukan sebagai upaya sengaja untuk memperbaiki hal-ihwal tentang pendidikan, baik itu berbentuk hal, ide, atau pratek-praktek pendidikan.
Santoso S. Hamidjojo sebagaimana dikutip Dinn Wahyudin (2007; 8.5) memberikan definisi inovasi pendidikan sebagai berikut: “ Suatu perubahan yang baru dan kualitatif berbeda dari hal (yang ada) sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam bidang pendidikan”.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa inovasi bukan hanya ada perubahan dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain, tapi harus ada unsur kesengajaan, peningkatan mutu dari sebelumnya dan terarah ke dalam peningkatana kualitas dan mutu.
Inovasi dalam pendidikan tentu mempunyai misi dan tujuannya. Diantara misi dan tujuan inovasi pendidikan adalah sebagai berikut:
a.       Inovasi pendidikan mengemban misi atau kecenderungan untuk meninggalkan konsepsi pendidikan yang terbatas bagi kepentingan elit tertentu, menuju pada konsepsi pendidikan yang lebih demokratis.
b.      Inovasi pendidikan mengemban misi yang cenderung berat sebelah dalam peningkatan kemampuan pribadi di antara pengetahuan, sikap dan keterampilan, menuju pada konsepsi pendidikan yang mengembangkan pola dan isi yang lebih komprehensif dalam rangka pengembangan seluruh potensi yang dimiliki oleh manusia secara bulat dan utuh.
c.       Inovasi pendidikan mengemban misi yang cenderung bergerak dari konsepsi pendidikan yang bersifat individual perorangan, menuju ke arah konsepsi pendidikan yang menggunakan pendekatan yang lebih kooperatif.
Dari uraian misi inovasi pendidikan di atas, dapat dikemukakan bahwa perhatian utama pembaharuan pendidikan yang dilaksanakan khususnya di Negara kita tertuju pada upaya mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik dalam arti meningkatkan pemerataan kesempatan pendidikan, pelayanan pendidikan, meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan serta meningkatkan efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Pendidikan
Perubahan dalam dunia pendidikan adalah suatu keharusan; karena ilmu pengetahuan bersifat dinamis dan berkembang, tentu saja pendidikan sebagai sarananya harus ikut berkembang pula. Ada beberapa factor yang mempengaruhi tuntutan harus adanya perubahan dalam dunia pendidikan, diantaranya adalah:
a.       Tuntutan Masyarakat
Harapan masyarakat terhadap dunia pendidikan sangat beragam. Ada diantara masyarakat yang berharap bahwa output dari pendidikan adalah manusia yang siap pakai, artinya ketika seorang siswa lulusan satu sekolah telah menyelesaikan pendidikannya diharapkan ia sudah siap kerja. Di fihak lain ada sebagian masyarakat yang mengharapkan bahwa output pendidikan satu sekolah itu lebih menonjol dari segi apektifnya saja, sehingga ia menjadi generasi yang lurus dan sholeh. Tentu saja harapan-harapan ini harus diakomodir oleh fihak sekolah yang berujung harus adanya perubahan dalam pendidikan yang diselenggarakan.
Harapan dan keinginan masyarakat dari hasil pendidikan, tentu harus dijabarkan oleh para penanggung jawab pendidikan dalam hal ini lembaga pendidikan (sekolah) dengan bentuk realisasi kurikulum pendidikan yang harus dibuat sesuai dengan keinginan dan harapan masyarakat. Tentu lembaga pendidikan yang berorientasi kepada lulusan yang siap pakai harus beda kurikulumnya dengan lembaga pendidikan yang lebih mengutamakan siswanya dari aspek moralitas atau keagamaan (pesantren); disinilah perlu adanya perubahan atau inovasi pendidikan dari segi kurikulum.
b.      Lingkungan yang berubah
Kondisi dan lingkungan sekitar juga akan mempengaruhi terhadap penyelenggaraan pendidikan. Lembaga pendidikan yang berada di kawasan perindustrian tentu saja akan ada perbedaan dengan lembaga pendidikan yang berada di kawasan pertanian; ataupun kawasan perkotaan akan berbeda dengan kawasan pedesaan, hal ini yang harus dijadikan pemikiran dan pertimbangan oleh para pemangku kepentingan dalam pendidikan.
Lembaga pendidikan yang berada di kawasan perindustrian tentu harus memikirkan kurikulum yang mampu berkorelasi dengan keperluan masyarakat yang ada di sekitar tersebut; artinya lembaga pendidikan harus menyususn kurikulum yang dibutuhkan oleh masyarakat perindustrian yang berada di sekitar lingkungan tersebut. Sementara lembaga pendidikan yang berada di kawasan pertanian, tentu harus menyusun kurikulum yang berkaiatan dengan pekerjaan yang digeluti masyarakat sekitar yaitu pertanian.
c.       Tantangan Dunia Baru
Perubahan zaman akan menuntut dunia pendidikan untuk berubah. Dulu tidak ada dalam kurikulum pendidikan mata pelajaran TIK ataupun informatika; namun seiring perkembangan zaman yang menuju ke arah tekhnologi serba canggih dan serba komputerisasi, maka di setiap sekolah sekarang pasti ada mata pelajaran TIK atau informatika untuk membekali siswa-siswanya menghadapi tuntutan zaman.
Ketika sebuah lembaga menafikan perkembangan zaman atau tantangan dunia baru, niscaya ia akan terpinggirkan dan ditinggalkan oleh masyarakat. Salah satu contoh adalah apabila sebuah lembaga pendidikan menolak kemajuan tekhnologi (adanya computer, internet, HP dan lainnya) niscaya lembaga tersebut akan kurang peminatnya atau mungkin tidak ada.
d.      Perubahan Dunia Kerja
Lapangan kerja yang tersedia juga akan mempengaruhi terjadinya perubahan dalam dunia pendidikan. Pada saat ini dunia industry sangat mendominasi lahan pekerjaan. Maka untuk merespon dan mempersiapkan SDM yang siap pakai, maka pemerintah menggalakkan adanya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dimana di lembaga pendidikan ini para siswa disiapkan untuk menghadapi dunia kerja yang nyata. Dengan arus globalisasi yang terjadi, maka lapangan kerja tersedia beraneka ragam, maka apabila lembaga pendidikan tidak pintar-pintar menyiasati dalam proses pembelajarannya, niscaya para lulusannya akan terabaikan, dan akan berdampak terhadap perkembangan lembaga pendidikan itu sendiri.
2.3 Sumber dan Proses terjadinya Inovasi Pendidikan
Inovasi atau pembaharuan yang dilakukan dalam bidang apa saja termasuk pembaharuan pendidikan tidak terjadi dengan sendirinya tetapi direncanakan oleh fihak tertentu sebagai pencetus ide atau gagasan baru untuk memperbaiki keadaan sebelumnya, atau untuk memecahkan masalah tertentu yang sedang dihadapi. Menurut Santoso S. Hamidjojo dalam Dinn Wahyudin (2007; 8.12) awal dari arus informasi biasanya berawal dari dua sumber yaitu dari fihak bawah atau dari fihak atasan (pimpinan). Biar pembaharuan itu lebih mengakar dan terasa ke lapisan yang bawah (masyarakat) maka ide atau gagasan itu harus lahir dari bawah; namun apabila tanpa ada restu atau keputusan dari atasan maka hal tersebut juga sia-sia. Jadi sebaiknya sumber inovasi pendidikan tersebut harus kerjasama antara atasan dan bawahan.
Dalam proses pelaksanaan inovasi pendidikan menurut Santoso S. Hamidjojo (din Wahyudin, 2007; 8.14) dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu dari fihak penggagas, pencipta, dan pendorong inovasi; dan dari sudut pandang fihak penerima. Ditinjau dari sudut penggagas, proses inovasi terdiri atas tahapan-tahapan sebagai berikut:
a.       Tahap pengenalan masalah, penelitian, perumusan lebih tajam dari masalah.
b.      Tahap pengembangan yang meliputi saran alternative pemecahan masalah, percobaan kembali, penilaian, dan seterusnya.
c.       Tahap penyebaran yang meliputi penerangan, pengorganisasian, pemberian restu dan sanksi, pengendalian dan pengawasan.
d.      Tahap pencatatan (monitoring) dan penilaian.
Dari sudut penerima gagasan, baik perorangan atau kelompok yang akan dikenai sasarn perubahan, proses inovasi terdiri dari:
a.       Tahap kesadaran
b.      Tahap perhatian
c.       Tahap penilaian
d.      Tahap percobaan (trial)
e.       Tahap penerimaan
2.4 Aspek-Aspek Perubahan dalam Pendidikan
Berdasarkan komponen yang ada dalam keseluruhan komponen pendidikan, terdapat banyak hal yang perlu mendapat perubahan, baik itu peningkatan, penyempurnaan, maupun perbaikan melalui inovasi. Aspek-aspek tersebut antara lain menyangkut peserta didik (pelajar), tujuan pendidikan, isi bahan ajar (materi pelajaran), media pendidikan, fasilitas pendidikan, metode dan tekhnik komunikasi, struktur dan tata laksana, hasil-hasil pendidikan, situasi belajar-mengajar dan lain sebagainya. Santoso S. Hamidjojo seperti dikutip Dinn Wahyudin (2007; 9.3-9.6) merinci aspek-aspek pendidikan di atas sebagai berikut:
A.    Komponen peserta didik atau pelajar menurut: jenis kelamin, umur, motivasi pendidikannya, kelompok ajarnya (learning group), kemampuannya (achievement), sifat ajar (intelektual, keterampilan praktis), tingkat kelas atau jenjang sekolahnya, tingkat dan jenis pekerjaan yang menjadi harapannya, waktu yang disediakan anak didik, pengelompokkan berdasarkan latar belakang (status social, keagamaan dan lain sebaginya).
B.     Tujuan pendidikan, yang dapat diperinci menurut: tujuan kapasitas pribadi; tujuan social, tujuan ekonomis, tujuan pendidikan menurut tingkatan dan jenis pengajaran dan cara dan sarana untuk merumuskan tujuan pendidikan.
C.     Isi pelajaran yang meliputi: jenis, efek atau dampak yang diinginkan, kapasitas anak didik, bidang dan struktur ilmu-ilmu pengetahuan, kegunaan, tingkat kemampuan mental dan derajat spesialisasi.
D.    Media pembelajaran meliputi: media cetak, media proyeksi, media audio visual, media elektronik, barang dan alat praktek, alat percobaan, alat observasi dan penelitian.
E.     Fasilitas pendidikan, meliputi: perabot serta alat dan perkakas baik menurut pemakaiannya, tujuannya, frekuensinya dan penggunaannya, pengadaan, pembelian, pemeliharaan, cara merencanakannya, maupun sumber mendapatkannya.
F.      Metode dan teknik komunikasi, meliputi: interaksi langsung (tanpa media),  dan interaksi tidak langsung (melalui media).
G.    Hasil pendidikan, meliputi: hasil yang sesuia dengan rencana, hasil yang tidak direncanakan, indicator hasil, cara mengukur dan atau menilai hasil pendidikan, analisis hasil pendidikan dan tindak lanjutnya.

2.5 Masalah-Masalah Yang Muncul dalam Perubahan Pendidikan
Dalam setiap perubahan apapun, pasti selalu ada nilai positif dan negative. Selain nilai-nilai tersebut, setiap perubahan dalam segala sesuatu pasti ada tantangan dan rintangan yang menghadang. Namun, halangan dan rintangan tersebut bukan berarti menutup pintu untuk menuju perubahan, namun halangan dan rintangan adalah tantangan untuk menuju sebuah kesuksesan perubahan.
Perubahan dalam dunia pendidikan pun tidak lepas dari rintangan-rintangan yang menghadang. Diantara rintangan-rintangan tersebut adalaha sebagai berikut:
a.       Rintangan Nilai
System nilai dan filsafat menempati posisi kunci dalam garapan pendidikan nasional. Semua Negara menempatkan system nilai dan etika sebagai landasan utama dalam merancang kurikulum nasionalnya. System nilai dan etika dijadikan sebgai pijakan dan dasar pendidikan sebuah Negara.
Namun, seiring perkembangan zaman ke arah yang serba modern dan menuju ke arah globalisasi, tidak bisa tidak hal tersebut berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan termasuk pendidikan. Untuk mengimbangi dan mengikuti perkembangan zaman, maka pendidikan pun harus berubah, baik dari segi tujuan, konsep, kurikulum dan proses pendidikannya agar bisa sesuai dengan perkembangan zaman.
Namun sayang bahwa perubahan tersebut harus berbenturan dengan system nilai dan etika yang telah dibentuk; terkadang bahwa perubahan tersebut mengikis bahkan menghilangkan system nilai yang telah dibangun. Hal tersebut bisa dicontohkan dengan melihat lembaga pendidikan pesantren. Karena ingin mensejajarkan diri dengan kurikulum pemerintah dan mengimbangi keinginan dan harapan masyarakat, yang tadinya menggunakan 80% materi keagamaan, berubah menjadi 50% materi keagamaan dan 50% materi umum, dan hal ini berdampak pada merosotnya nilai-nilai keagamaan dan kepesantrenan yang telah ditanam dari dulu.
b.      Rintangan Kekuasaan
Rintangan kekuasaan dalam dunia pendidikan bisa berarti dalam dua dimensi, skala mikro yaitu rintangan kekuasaan fihak pimpinan (kepala sekolah) ataupu fihak yayasan. Hal ini terjadi apabila tidak adanya kesefahaman antara bawahan dan atasan. Seorang bawahan (pendidik) yang ingin melakukan inovasi dalam pendidikan tidak mendapat restu dari fihak atasan. Hal ini dimungkinkan dengan berbagai macam ragam alasan, bahwa perubahan itu akan memerlukan pembiayaan yang cukup besar atau perubahan tersebut akan mengancam kedudukan atau posisi fihak atasan.
Dimensi kedua adalah skala makro yaitu rintangan yang dilakukan oleh fihak pemerintahan. Hal ini bisa terjadi apabila sebuah lembaga pendidikan membuat sebuah program atau kurikulum yang bertentangan dengan apa yang telah digariskan oleh pemerintah. Salah satu contoh adalah apa yang terjadi terhadap pesantren Umar bin Khattab yang diawasi dan dicurigai bahkan lebih jauhnya harus dibubarkan karena di dalam kurikulum pesantren tersebut dianggap memuat hal-hal yang dianggap membahayakan menurut pemerintah.

c.       Rintangan Praktis
Rintangan praktis adalah rintangan yang terjadi di lapangan ketika dilaksanakannya perubahan pendidikan. Rintangan praktis ini menyangkut SDM pendidikan, proses pembelajaran atau sarana dan prasarana. Perubahan pendidikan terkadang terhambat karena kemampuan SDM apakah ketua yayasan, kepala sekolah, guru ataupun peserta didik yang tidak siap melakukan perubahan tersebut.
Proses pembelajaran pun terkadang tidak mendukung terhadap terjadinya perubahan pendidikan. Proses pembelajaran yang tidak memperhatikan aspek-aspek pendukungnya adalah salah satu contoh proses pembelajaran yang menghambat terjadinya perubahan. Sarana dan prasarana pun bisa menjadi penghambat terjadinya perubahan pendidikan; berapa sekolah yang berjalan di tempat bahkan ada beberapa yang gulung tikar karena tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai untuk melakukan inovasi pendidikan.
d.      Rintangan Psikologis
Rintangan psikologis dalam inovasi pendidikan lebih cenderung kepada kesiapan penerimaan para stake holder pendidikan untuk menerima inovasi pendidikan tersebut. Karena terkadang tidak semua stake holder sefakat ketika terjadinya pembaharuan atau inovasi dalam pendidikan tersebut. Mulai dari pemerintah, lembaga pendidikan, ketua yayasan, kepala sekolah, pendidik dan peserta pendidikan harus siap secara psikologis untuk menerima perubahan atau inovasi dalam dunia pendidikan.

2.6 Periodisasi Pendidikan di Indonesia
Sebagai bukti bahwa pendidikan di Indonesia pun mengalami proses perubahan, berikut ini dipaparkan tentang periodisasi pendidikan di Indonesia. Perkembangan pendidikan di Indonesia menurut Dinn Wahyudin (2007; 4.3-4.55) dapat dibagi menjadi empat periode, yaitu: Pendidikan sebelum kemerdekaan, pendidikan setelah kemerdekaan, pendidikan selama PJP I, dan pendidikan masa sekarang.
A.  Pendidikan di Indonesia sebelum Kemerdekaan
Periode ini pendidikan di Indonesia terbagi menjadi tiga periode, yaitu:
Ø  Pendidikan yang berlandaskan ajaran keagamaan, meliputi zaman keemasan Hindu-Budha (abad ke-4 s/d ke-16 M); Perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara (abad ke-13) dan pendidikan Katolik yang dibawa penjajah Belanda.
Ø  Pendidikan yang berlandaskan kepentingan penjajah, meliputi empat zaman yaitu: Zaman VOC, zaman colonial Hindia-Belanda, zaman colonial Belanda, dan zaman pendudukan Jepang.
Ø  Pendidikan dalam rangka Perjuanagn Kemerdekaan ditandai oleh munculnya gerakan pendidikan yang dipelopori oleh Muhammadiyah, Perguruan Taman Siswa, INS Kayutanam, pendidikan Ma`arif, dan perguruan Islam lainnya.
B.  Pendidikan di Indonesia setelah Kemerdekaan (1945-1969)
Dalam kurun waktu 1945-1969, tujuan pendidikan nasional Indonesia mengalami lima kali perubahan, mengikuti perubahan dalam suasana kehidupan kebangsaan kita. Pada masa awal kemerdekaan amat menekankan pada penanaman jiwa patriotisme. Sementara pada tahun 1950 dalam Undang Undang no. 4/1950 dinyatakan bahwa “Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air”.
Tahun 1965 tujuan pendidkan di Indonesia berubah lagi sebgaimana tertera dalam Kepres no. 145 tahun 1965, yaitu “ Tujuan pendidikan nasional kita baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta, dari pendidikan prasekolah sampai pendidikan tinggi, supaya melahirkan warga Negara sosialis Indonesia yang susila, yang bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia, adil dan makmur baik spiritual maupun material dan yang berjiwa pancasila.
Tahun 1966 tujuan pendidikan berubah lagi manyususl meletusnya peristiwa G 30S/PKI, maka melalui TAP MPRS n0. XXVII/MPRS/1966 tentang agama, pendidikan, dan kebudayaan, tujuan pendidikan dirumuskan sebagai “ Membentuk manusia Pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan isi UUD `45”. Rumusan ini akhirnya diperluas dan dipertajam dalam GBHN 1973 yang berbunyi:
“Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah berlangsung seumur hidup. Pembangunan di bidang pendidikan didasarkan atas falsafah Pancasila dan diarahkan untuk membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kretifitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokratis dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesame manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD `45”.
Pada periode ini, pendidikan di Indonesia sudah mulai mengenalkan dengan system persekolahan dengan pijakan dasar seperti apa yang dilakukan pada zaman Jepang. System tersebut meliputi tiga tingkatan yaitu pendidikan rendah, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pada periode ini kesempatan untuk belajar terbuka untuk semua golongan tidak seperti pada zaman pemerintah colonial Belanda, yang hanya pada kalangan tertentu saja.
C.  Pendidikan di Indonesia selama PJPT I (1969-1993)
Pembangunan Jangka Panjang I meliputi lima pelita, yaitu Pelita I-V yang dimulai tehun 1969/1970 hingga tahun 1993/1994 atau 25 tahun. Selama kurun waktu tersebut, pendidikan Indonesia mengalami banyak perubahan dan kemajuan. Hal ini terutama ditandai oleh semakin luasnya kesempatan untuk memperoleh pendidikan pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan; meningkatnya jumlah sarana prasarana pendidikan yang tersedia serta tenaga yang terlibat dalam pendidikan; meningkatnya mutu pendidikan dibandingkan masa-masa sebelumnya; semakin mantapnya system pendidikan nasional dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta sejumlah peraturan pemerintah yang menyertainya.
Namun hingga berakhirnya Pelita V, pendidikan Nasional masih dihadapkan berbagai tantangan baik kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif, tantangan yang dihadapi menyangkut pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan khususnya pendidikan dasar; sementara secara kualitatif tantangan yang dihadapi berkenaan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan, peningkatan relevansi pendidikan dengan pembangunan, serta efektivitas dan efesiensi pendidikan.
Pada periode ini, selain pendidkan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi yang telah ada semenjak periode pasca kemerdekaan; pendidikan periode ini ditandai dengan perkembangan pendidikan di tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) yang cukup mengesankan. Selain pendidikan Taman Kanak-Kanak, periode ini juga ditandai dengan pendidikan luar sekolah yang diprioritaskan pada pemberantasan buta aksara melalui perluasan jangkauan Kejar Paket A.
D.  Pendidikan di Indonesia Dewasa ini
Pendidikan pada periode ini ditandai dengan adanya program wajib belajar Sembilan (9) tahun yang bersamaan dengan peningkatan mutu, relevansi, dan efesiensi pada semua jenis, jenjang, dan jalur pendidikan. Pada periode ini dicanangkan pelaksanaanKurikulum 1994 yang diberlakukan secara bertahap, mulai tahun ajaran 1994/1995. Kurikulum 1994 disuusn dengan maksud agar proses pendidikan dapat selalu menyesuaikan diri dengan tantangan yang terus berkembang sehingga mutu pemdidikan akan semakin meningkat.
Pada periode ini pemerintah menyediakan buku paket sebagai buku teks pokok yang diadakan secara Cuma-Cuma kepada semua SD/MI di seluruh Indonesia, baik negri maupun swasta. Pengadaan buku paket bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan cara meningkatkan produksi dan distribusi buku yang lebih bermutu, menjamin ketersediaannya di kelas serta pemanfaatannya secara maksimal oleh guru dan siswa.
Selain penyediaan buku paket, pada periode ini juga pemerintah berupaya meningkatkan mutu pendidikan dengan menyelenggarakan pembinaan mutu guru. Menurut studi Balitbang Dikbud bahwa ada korelasi antara tingkat pencapaian belajar siswa denmgan penguasaan guru dalam mata pelajaran; makin tinggi penguasaan guru terhadap materi pelajaran, makin tinggi pula prestasi belajar siswa.
Selain dua hal di atas, hal lain yang perlu dicatat dalam perkembangan pendidikan di Indonesia pada periode ini adalah dengan lahirnya sekolah-sekolah kejuruan pada pendidikan tingkat menengah; hal ini terjadi dengan perkembangan bangsa Indonesia yang mengarah kea rah perindustrian, sehingga dengan adanya sekolah-sekolah kejuruan diharapkan alumni-alumninya siap pakai.
Itulah gambaran periodisasi pendidikan yang terjadi di Indonesia, yang secara tidak langsung memberikan gambaran bahwa pendidikan secara terus-menerus mengalami perubahan dan inovasi sesuai dengan perkembangan zaman yang berlangsung.





BAB III
KESIMPULAN

Dari uraian pembahasan tentang perubahan pendidikan, ada beberapa kesimpulan yang dapat kami sampaikan diantaranya adalah:
1.      Santoso S. Hamidjojo memberikan pengertian inovasi (perubahan) pendidikan sebagai “ Suatu perubahan yang baru dan kualitatif berbeda dari hal (yang ada) sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam bidang pendidikan”.
2.      Inovasi (perubahan) pendidikan mempunyai tiga misi utama, yaitu: merubah pendidikan dari objek terbatas menjadi lebih demokratis; mengembangkan kemampuan peserta didik bukan hanya bertolak pada kemampuan kognitif dan apektif, tapi menuju kepada kemampuan yang lebih komprehensif; merubah dari titik tolak pendidikan yang sifatnya individu perorangan kepada sifat yang lebih kooperatif.
3.      Faktor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan dalam pendidikan adalah: tuntutan masyarakat, perubahan lingkungan, menghadapi dunia baru, dan perubahan dunia kerja.
4.      Masalah-masalah yang muncul dalam perubahan dalam pendidikan diantaranya adalah: permasalahan nilai, rintangan kekuasaan, rintangan praktis dan rintangan psikologi.

DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, M.Ag. Ilmu Pendidikan Islam. Staida Press Garut, 2005
Ihsan Zubaidi, Lc Bahrun Abu Bakar. Tahapan Mendidik Anak, Teladan Rasulullah SAW (terj). Irsyad Baitus Salam Bandung, 2005.
Iskandar MS, Prof. DR. H. Jusman. Teori Sosial. Pupaga Bandung, 2009
Shidiq, Abdul Rosyad. Psikologi Anak dan Remaja (terj). Pustaka Kautsar Jakarta, 2003
Tafsir, DR. Ahmad. Ilmu Pedidikan Dalam Perspektif Islam. PT. Remaja Rosda Karya Bandung, 2004
Wahyudin, Dinn. Pengantar Pendidikan. PT. Universitas Terbuka Jakarta, 2007