BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pembahasan
Setiap
orang adalah pemimpin, minimal pemimpin untuk dirinya sendiri, hal ini
sebagaimana tertuang dalam sebuah hadits Rasulullah saw:
عن ابن عمر ر.ع قال: قال رسول الله ص.م "
كلّكم راعٍ وكلّكم مسئول عن رعيّته... الحديث " متفق عليه
Artinya: Dari Ibnu
Umar R.a ia berkata: bersabda Rasulullah saw “Setiap kalian adalah pemimpin,
dan kalian akan ditanya tentang kepemimpinan kalian… al-hadits (Mutafaq
`alaih).
Namun,
terkadang manusia lupa tentang peranan dia sebagai seorang pemimpin dan
terkadang dia tidak tahu bahwa kelak dia akan ditanya tentang kepemimpinannya;
Atau terkadang ada manusia yang ditakdirkan menjadi seorang pemimpin tapi ia
tidak tahu apa yang harus diperbuat sebagai seorang pemimpin. Disinilah diperlukan
pengetahuan dan keilmuan tentang kepemimpinan, sehingga seseorang yang
ditakdirkan menjadi pemimpin tidak gagap dan bingung dengan jabatannya.
Akhir-akhir ini banyak
orang membicarakan masalah krisis kepemimpinan. Konon sangat suilt mencari
kader-kader pemimpin pada berbagai tingkatan. Orang pada zaman sekarang
cenderung mementingkan diri sendiri dan tidak atau kurang peduli pada
kepentingan orang lain, kepentingan lingkungannya. Krisis kepemimpinan ini
disebabkan karena makin langkanya kepedulian pada kepentingan orang banyak,
kepentingan lingkungannya. Sekurang-kurangnya terlihat ada tiga masalah
mendasar yang menandai kekurangan ini. Pertama adanya krisis komitmen.
Kebanyakan orang tidak merasa mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk
memikirkan dan mencari pemecahan masalah kemaslahatan bersama, masalah harmoni
dalam kehidupan dan masalah kemajuan dalam kebersamaan.
Kedua, adanya krisis kredibilitas.
Sangat sulit mencari pemimpin atau kader pemimpin yang mampu menegakkan kredibilitas
tanggung jawab. Kredibilitas itu dapat diukur misalnya dengan kemampuan untuk menegakkan
etika memikul amanah, setia pada kesepakatan dan janji, bersikap teguh dalam
pendirian, jujur dalam memikul tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
padanya, kuat iman dalam menolak godaan dan peluang untuk menyimpang.
Ketiga, masalah kebangsaan
dan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Saat ini tantangannya
semakin kompleks dan rumit. Kepemimpinan sekarang tidak cukup lagi hanya
mengandalkan pada bakat atau keturunan. Pemimpin zaman sekarang harus belajar,
harus membaca, harus mempunyai pengetahuan mutakhir dan pemahamannya mengenai
berbagai soal yang menyangkut kepentingan orang-orang yang dipimpin. Juga
pemimpin itu harus memiliki kredibilitas dan integritas, dapat bertahan, serta
melanjutkan misi kepemimpinannya. Kalau tidak, pemimpin itu hanya akan menjadi
suatu karikatur yang akan menjadi cermin atau bahan tertawaan dalam kurun
sejarah di kelak di kemudian hari.
Salah satu hal yang menjadi permasalahan dalam kepemimpinan adalah
dalam hal pengambilan keputusan; terkadang hal ini menjadi perkara yang tidak
mudah bagi seorang pemimpin untuk memutuskan suatu perkara. Terkadang ego, kepentingan,
kondisi bawahan, hal yang menjadi pokok bahasan menjadi factor-faktor yang
mempengaruhi seorang pemimpin dalam mengambil sebuah keputusan. Dalam makalah
singkat ini, kami membahas tentang kepemimpinan dan pengambilan keputusan yang
menjadi dua hal yang mutlak ada dalam kehidupan berorganisasi pada khususnya
dan kehidupan manusia secara umum selaku makhluk social.
1.2
Rumusan dan Batasan Pembahasan
Untuk lebih terarahnya makalah ini, maka kami
membatasi permasalahan dengan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a.
Apa
pengertian dari kepemimpinan?
b.
Apa
saja tipe-tipe kepemimpinan?
c.
Faktor
apa saja yang mempengaruhi pengambilan keputusan seorang pemimpin?
d.
Tekhnik
atau metode apa saja yang harus digunakan oleh seorang pemimpin dalam upaya
pengambilan keputusan?
1.3
Tujuan Pembahasan
Dari
rumusan dan batasan masalah di atas, ada beberapa tujuan yang ingin kami capai
dari makalah ini, yaitu:
a.
Mengetahui
pengertian dari kepemimpinan;
b.
Mengetahui
tipe-tipe kepemimpinan;
c.
Mengetahui
factor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan seorang pemimpin;
d.
Mengetahui
tekhnik dan metode yang digunakan seorang pemimpin dalam upaya pengambilan
keputusan.
1.4
Sistematika Pembahasan
Untuk lebih
sistematisnya pembahasan ini, maka kami membagi makalah singkat ini menjadi
empat (4) bab, yaitu:
BAB I. PENDAHULUAN, terdiri dari: Latar Belakang Pembahasan, Pembatasan dan Rumusan
Pembahasan, Tujuan Pembahasan dan Sistematika Pembahasan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, terdiri dari: Pengertian Kepemimpinan, Syarat-Syarat Seorang
Pemimpin dan Gaya Kepemimpinan.
BAB III. PEMBAHASAN, terdiri dari: Pengambilan Keputusan, Langkah-Langkah Pengambilan
Keputusan dan Peranan Pemimpin dalam Pengambilan Keputusan.
BAB IV.
KESIMPULAN
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kepemimpinan
Leadership
is capatibilty of persuading others to work together undertheir direction as a
team to accomplish certain designated objectives (kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang lain
supaya bekerja sama di bawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai atau
melakukan suatu tujuan tertentu),
demikian tulis James M Black dalam bukunya Management, A guide to Executive
Command.
Menurut Tead; Terry, Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian
Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni
mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan
orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan kelompok. Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari
atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk
berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki
keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Moejiono (2002) memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah,
karena pemimpin mungkin
memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya.
Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung
memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak
langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan
pemimpin (Moejiono, 2002).
Dari beberapa definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi
orang lain, bawahan atau kelompok; kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan
atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang
diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
2.2 Syarat-Syarat Seorang Pemimpin
Siapa orang yang bisa diangkat atau
dipilih untuk menjadi pemimpin? Tidak bisa sembarang orang bisa diangkat
menjadi seorang pemimpin; karena ketika seseorang salah mengangkat pemimpin
maka tunggulah kebinasaan, hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw:
قال رسول الله ص.م: إذا وسَِد الأمرُ إِلى غير
أهلِه فانْتظِر السّاعةَ . رواه البخاري
Artinya: Bersabda Rasulullah saw: `Barangsiapa
menyerahkan suatu urusan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran` H.R
Bukhari
Untuk menjawab pertanyaan di atas perlulah
kita menentukan kriteria yang akan dipakai untuk memilih pimpinan tersebut.
Seorang pemimpin paling sedikit mampu
untuk memimpin para bawahan untuk mencapai tujuan organisasi dan juga mampu menangani hubungan antar karyawan. Mempunyai
interaksi antar personnel yang baik dan mempunyai kemampuan untuk bisa
menyesuaikan diri dengan keadaan.
Ada beberapa sifat yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin di antaranya adalah :
1. Keinginan Untuk Menerima Tanggung Jawab
Apabila seseorang telah bersedia untuk menerima kepercayaan diangkat sebagai seorang
pemimpin, maka ia bertanggung jawab atas komitmen yang ia ucapkan ketika
diangkat menjadi pemimpin. Disini pemimpin harus mampu mengatasi bawahannya,
mengatasi tekanan kelompok informal, bahkan kalau perlu juga harus mampu
mengatasi tekanan dari luar.
2. Kemampuan Untuk Bisa”Perceptive”
Perceptive menunjukan Kemampuan
untuk mengamati atau menemukan kenyataan dari suatu lingkungan. Setiap pimpinan
haruslah mengenali tujuan organisasi sehingga mereka bisa bekerja untuk
membantu mencapai tujuan tersebut. Disini ia memerlukan kemampuan untuk untuk
memahami bawahan, sehingga ia dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan mereka
serta juga berbagai ambisi yang ada. Di samping itu pemimpin harus juga
mempunyai persepsi instropektif ( menilai diri sendiri ) sehingga ia bisa
mengetahui kekuatan, kelemahan dan tujuan yang layak baginya. Inilah yang
disebut kemampuan “Perceptive”
3. Kemampuan untuk bersikap Objektif
Objektivitas adalah kemampuan untuk
melihat suatu peristiwa atau merupakan perluasan dari kemampuan
perceptive.Apabila perceptivitas menimbulkan kepekaan terhdap fakta, kejadian
dan kenyatan-kenyatan yang lain. Objektivitas membantu pemimpin untuk
meminimumkan faktor-faktor emosional dan pribadi yang mungkin mengaburkan
realitas.
4. Kemampuan Untuk Menentukan Perioritas
Seorang pemimpin yang pandai adalah
seseorang yang mempuanyai kemampuan untuk memiliki dan menentukan mana yang
penting dan mana yang tidak. Kemampuan ini sangat diperlukan karena pada
kenyataanya sering masalah-masalah yang harus dipecahkan bukan datang satu per
satu tetapi seringkali masalah datang bersamaan dan berkaitan antara satu
dengan yang lainnya.
5. Kemampuan untuk berkomunikasi
Kemamapuan untuk memberikan dan menerima informasi merupakan
keharusan bagi seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah orang yang bekerja
dengan menggunakan bantuan orang lain, karena itu pemberian perintah,
penyampaian informasi kepada orang lain mutlak perlu dikuasai
2.3 Tipe-Tipe (Gaya) Kepemimpinan
Perilaku
pemimpin ini disebut juga Gaya Kepemimpinan ( Style of Leadership ).
Berbagai gaya kepemimpinan telah diteliti dan ditemukan bahwa setiap pemimpin
telah diteliti dan ditemukan bahwa setiap pemimpin bisa mempunyai gaya
kepemimpinan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, dan tidak mesti
suatu gaya kepemimpinan yang satu lebih baik atau lebih jelek daripada gaya
kepemimpinan yang lainya.
Para ahli mencoba mengelompokkan
gaya kepemimpinan dengan menggunakan suatu dasar tertentu. Dasar yang sering
dipergunakan adalah tugas yang dirasakan harus dilakukakan oleh pemimpin, Kewajiban
yang pimpinan harapakan diterima oleh bawahan dan falsafah yang dianut oleh
pimpinan untuk pengembangan dan pemenuhan harapan para bawahan. Ada berbagai
gaya kepemimpinan antara lain :
1.
The anthocratic leader
Seorang pemimpin yang otokratik
menganggap bahwa semua kewajiban untuk mengambil keputusan, untuk menjalankan
tindakan, dan untuk mengarahkan tindakan, dan untuk mengarahkan, memberi
motivasi dan mengawasi bawahanya terpusat ditangannya. Seorang pemimpin yang
otokratik mungkin memutuskan, dan punya perasaan bahwa bawahanya tidak mampu
untuk baranggapan mempunyai posisi yang kuat untuk mengarahkan dan mengawasi
pelaksanaan pekerjaaan dengan maksud untuk meminimumkan penyimpangan dari arah
yang ia berikan.
2.
The Paticipative Leader
Apabila seseorang pemimpin
menggunakan gaya partisipasi ia menjalankan kepemimpinan dengan konsultasi. Ia
tidak mendelegasikan wewenangnya untuk membuat keputusan akhir dan untuk
memberikan pengarahan tertentu kepada bawahanya. Tetapi ia mencari berbagai pendapat
dan pemikiran dari pada bawahanya mengenai keputusan yang akan diambil. Ia akan
secara serius mendengarkan dan menilai pikiran –pikiran para bawahanya dan
menerima sumbangan pikiran mereka .Sejauh pemikiran tersebut bisa dipraktekan
.Pemimpin dengan gaya partisipatif akan mendorong kemampuan mengambil keputusan
dari pada bawahanya sehingga pikiran –pikiran mereka akan selalu meningkat dan
makin matang . Para bawahanya juga didorong agar meningkatkan kemampuan
mengendalikan diri dan menerima tanggung jawab yang lebih besar. Pemimpin akan
lebih “ Supportive” dalam kontak dengan para bawahan dan bukan menjadi bersikap
diktator. Meskipun tentu saja. Wewenang terakhir dalam penganbilan keputusan
terletak pada pimpinan.
3.
The Free Rein Leader
Dalam gaya kepemimpinan “ Free rein
“ pemimpin mendelegasikan wewenang untuk mengambil keputusan kepada para
bawahannya dengan agak lengkap. Pada prinsipnya pimpinan akan mengatakan “
inilah pekerjaan yang harus saudara lakukan. Saya tidak peduli bagaimana kalau
mengerjakannya, asalkan pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dengan baik “.
Disini pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan tersebut
kepada para bawahanya. Dalam artian pimpinan menginginkan agar para bawahan
bisa mengendaliakan diri mereka sendiri di dalam menyelesaikan pekerjaan
tersebut. Pimpinan tidak akan membuat peraturan-peraturan tentang pelaksanaan
pekerjaan tersebut, dan hanya para bawahan dituntut untuk memiliki
kemampuan/keahlian yang tinggi .
.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Pengambilan Keputusan
Salah
satu peran dan fungsi seorang pemimpin adalah penentu keputusan bagi sebuah
komunitas atau sebuah organisasi. Maka seorang atau sekelompok pemimpin
dituntut oleh statusnya untuk memiliki kemampuan yang baik dalam pengambilan
keputusan. Kemampuan yang baik dalam pengambilan keputusan harus tercermin pada
tiga hal: cara, hasil keputusan dan kemampuan menyampaikan
hasil keputusan. Hasil keputusan dari seorang pemimpin harus bisa diterima
oleh orang-orang yang dipimpin; namun penerimaan tersebut sangat dipengaruhi
oleh cara atau proses mengenai bagaimana keputusan itu diambil. Karena
kewenangan yang dimiliki oleh pemimpin itu merupakan kewenangan yang diberikan
oleh orang-orang yang dipimpin, maka proses pengambilan keputusan harus bisa
dikontrol dan dipertanggung-jawabkan kepada yang memberi wewenang.
Pemberian
wewenang adalah wujud dari keinginan berkontribusi dari bawahan dalam pemberian
keputusan sehingga dengan pengontrolan adalah wujud dari kontribusi bawahan
terhadap pengambilan keputusan. Kontribusi yang diberikan kepada pemimpin tujuan
akhirnya bukan kepada pemimpin itu sendiri, melainkan kontribusi terhadap usaha
mewujudkan nilai-nilai dan cita-cita organisasi atau komunitas. Oleh karena itu
proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin harus dipastikan
selaras dengan nilai-nilai dan cita-cita organisasi atau komunitas. Maka
menjadi jelas bahwa proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin
harus transparan dan dapat diukur. Proses pengambilan keputusan yang tidak
transparan dan tidak terukur secara hakiki menjadi proses pembusukan sebuah
organisasi atau sebuah komunitas. Dan secara khusus akan menjadi proses
pengeroposan kepemimpinan itu sendiri. Pengeroposan ini akan menjadikan
kepemimpinan kehilangan legitimasi. Dan ketika kepemimpinan kehilangan
legitimasi, maka kecenderungannya adalah – gaya kepemimpinan – semakin
otoriter.
Untuk
menghasilkan proses pengambilan keputusan yang baik, yang transparan dan
terukur, pemimpin harus menetapkan mekanisme dan nilai-nilai acuan pengambilan
yang dapat diakses oleh orang-orang yang dipimpin. Akses terhadap mekanisme dan
nilai-nilai yang menjadi acuan dalam pengambilan keputusan ini akan
memungkinkan terjadinya kontribusi dan partisipasi yang lebih intens.
Kontribusi dan partisipasi yang lebih intens ini akan semakin memperkokoh
legitimasi pemimpin dan kualitas keputusan-keputusan yang dihasilkannya.
Apakah
proses pengambilan keputusan yang baik seperti diatas dijamin menghasilkan
keputusan-keputusan yang baik juga? Belum tentu. Hasil keputusan bisa bias oleh
dua hal. Pertama, informasi yang tidak akurat. Oleh karena itu seorang
atau sekelompok pemimpin harus memiliki kemampuan menghimpun dan menyeleksi
informasi/data dengan baik. Kedua, motivasi dan kepentingan. Data yang
baik, akurat, lengkap dan up to date bisa menghasilkan keputusan melenceng
manakala ada motivasi, kepentingan dan niatan yang salah dari pemimpin. Siapa
yang bisa mengontrol motivasi dan naiatan seseorang? Tentu tidak ada. Maka,
setelah proses pengambilan keputusan, produk keputusan pemimpin harus juga bisa
dikontrol. Alat kontrol produk keputusan pemimpin adalah: Pertama, seberapa
sesuai nilai-nilai yang terkandung dalam keputusan dengan nilai-nilai
organisasi atau komunitas. Kedua, seberapa relevan keputusan itu dengan
program, tema dan arah organisasi. Ketiga, seberapa keputusan itu memiliki daya
terap (dapat dilaksanakan) bagi organisasi atau komunitas.
Pada
akhirnya, keputusan yang baik adalah keputusan yang dapat dimengerti oleh
orang-orang yang dipimpin. Maka kemampuan mengkomunikasikan hasil keputusan
menjadi sangat penting. Apakah ini sesuatu yang berat? Tentu saja tidak.
Karena, ketika proses pengambilan keputusan bersifat transparan dan terukur,
ketika produk keputusan masih terbuka terhadap control mereka yang dipimpin,
maka sudah dengan sendirinya produk keputusan pemimpin sudah dipahami oleh
mereka yang dipimpin. Tetapi sayangnya banyak pemimpin yang karena sejak proses
pengambilan keputusan tidak transparan dan terukur, serta tidak ada ruang
partisipasi, maka hal mengkomunikasikan keputusan menjadi pekerjaan yang berat.
Dan ketika orang-orang yang dipimpin tidak bisa mengerti produk-produk
keputusannya, maka dengan mudah alamat kesalahan diarahkan kepada mereka yang
dipimpin. Ketika terjadi situasi demikian, maka peluang berkembangnya gaya kepemimpinan
yang otoriter semakin besar.
Pengambilan keputusan merupakan
salah satu fungsi dari seorang pemimpin. Pengambilan keputusan merupakan proses
penerjemahan dari sebuah keinginan-keinginan berbagai fihak. Pengambilan keputusan adalah soal yang berat karena
sering menyangkut kepentingan banyak orang.Tidak ada sesuatu yang pasti dalam
pengambilan keputusan . Pemimpin harus memilih di antara alternatif yang ada
dan kemungkinan implikasi atau akibat suatu pengambilan keputusan tertentu.
Pengambilan keputusan pada
hakekatnya adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu
masalah . Pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari
alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan –tindakan yang menurut
perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Dari pengertian ini dapat
diartikan beberapa hal.
Ø Dalam proses pengambilan keputusan tidak ada hal yang terjadi
secara kebetulan.
Ø Pengambilan keputusan harus didasarkan kepada sistematika tertentu,
antara lain : dengan mempertimbangkan kemampuan organisasi, personnel yang
tersedia, situasi lingkungan yang akan digunakan untuk melaksanakan keputusan
yang diambil.
Ø Sebelum suatu masalah dapat dipecahkan dengan baik, hakekat dari
masalah tersebut harus diketahui dengan jelas.
Ø Pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan coba-coba tetapi
harus didasarkan pada fakta yang terkumpul secara sistematis, baik dan dapat
dipercaya.
Ø Keputusan yang baik adalah keputusan yang diambil dari berbagi
alternatif yang ada setelah alternatif-alternatif itu dianalisa secara matang.
3.2
Langkah-Langkah Pengambilan keputusan
Masalah yang dihadapi oleh seorang
pemimpin terikat pada suatu tempat, situasi, orang dan waktu tertentu. Masalah
dalam pengambilan keputusan senantiasa dihubungkan dengan tujuan yang jelas.
Jenis-jenis masalah yang dihadapi oleh seorang pemimpin berdasarkan intensitas
masalah dapat digolongkan menjadi masalah yang sederhana dan masalah yang
komplek. Masalah yang sederhana ialah masalah yang mengandung ciri-ciri :
kecil, berdiri sendiri dan tidak/kurang mempunyai kaitan dengan masalah lain.
Pemecahannya biasanya tidak memerlukan pemikiran yang luas tetapi cukup
dilakukan secara individual, yang umumnya didasarkan kepada pengalaman,
informasi yang sederhana dan wewenang yang melekat pada jabatan.
Masalah yang komplek yaitu masalah
yang mempunyai ciri-ciri : besar, tidak berdiri sendiri sendiri, berkaitan
dengan masalah-masalah lain, dan, mempunyai akibat yang luas. Pemecahannya
umumnya dilakukan bersamaan antara pimpinan dengan stafnya.
Dilihat dari faktor penyebabnya,
masalah yang dihadapi dapat berupa masalah yang jelas penyebabnya (structure
problem) dan masalah yang tidak. Jelas penyebabnya (unstructured problem).
Masalah yang jelas penyebabnya, faktor penyebabnya jelas. bersifat rutin dan
biasanya timbul berulang-ulang, sehingga pemecahannya dapat dilakukan dengan
proses pengambilan keputusan yang bercorak rutin dan dibakukan. Proses
pengambilan keputusannya pada dasarnya telah ditentukan langkah-langkah
tertentu, relatif mudah untuk memperhitungkan hasil serta akibat-akibatnya.
Masalah yang tidak jelas penyebabnya
yaitu masalah yang timbul sebagai kasus yang menyimpang dari masalah organisasl
yang bersifat umum, faktor penyebabnya tidak jelas. Tehnik pengambilan
keputusannya disebut non-programmed decision making technique, dimana
diperlukan informasi tambahan, analisa, daya cipta, pertimbangan serta
penilaian kasus.
Pengambilan keputusan antara lain
juga diartikan sebagai suatu tehnik memecahkan suatu masalah dengan mempergunakan
tehnik-tehnik ilmiah. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ada 7 langkahyang
perlu diambil dalam usaha memecahkan masalah dengan mempergunakan teknik-teknik
ilmiah. Langkah-langkah itu adalah (Siagian SP, 1973) :
1.
Mengetahui
hakekat dari pada masalah yang dihadapi, dengan perkataan lain mendefinisikan
masalah yang dihadapi itu dengan setepat-tepatnya;
2.
Mengumpulkan fakta dan data yang relevant;
3.
Mengolah fakta dan data tersebut;
4.
Menentukan
beberapa alternatif yang mungkin ditempuh;
5.
Memilih
cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang telah diolah dengan matang;
6.
Memutuskan
tindakan apa yang hendak dilakukan;
7.
Menilai
hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat daripada keputusan yang telah
diambil.
Ketujuh langkah tersebut seolah-olah
mudah untuk diambil, akan tetapi dalam kenyataannya yang telah diuji melalui
berbagai eksperimen dan penelitian, pengambilan ketujuh langkah itu tidaklah
mudah. Implikasinya ialah setiap pimpinan harus terus berusaha untuk
meningkatkan kemampuannya mempergunakan tehnik-tehnik ilmiah dimaksud.
3.3
Peran Kepemimpinan Dalam Pengambilan Keputusan
Kepemimpinan seseorang dalam sebuah
organisasi sangat besar perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat
keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu
tugas pemimpin; sehingga jika seorang pemimpin tidak mampu membuat keputusan,
seharusnya dia tidak dapat menjadi pemimpin.
Pengambilan keputusan dalam
tinjauan perilaku mencerminkan karakter bagi seorang pemimpin. Oleh sebab itu,
untuk mengetahui baik tidaknya keputusan yang diambil bukan hanya dinilai dari
konsekuensi yang ditimbulkannya, melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam
prosesnya. Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk
kepemimpinan, sehingga:
1.
Teori keputusan merupakan metodologi untuk menstrukturkan dan menganalisis
situasi yang tidak pasti atau berisiko, dalam konteks ini keputusan lebih
bersifat perspektif daripada deskriptif;
2.
Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana seorang manajer
memperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser
jawaban untuk menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data; manajer,
secara individual dan dalam tim, mengatur dan mengawasi informasi terutama
informasi bisnisnya;
3.
Pengambilan keputusan adalah proses memilih di antara alternatif-alternatif
tindakan untuk mengatasi masalah.
Dalam pelaksanaannya,
pengambilan keputusan dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu: proses dan gaya
pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan; Prosesnya dilakukan melalui beberapa tahapan seperti:
a. Identifikasi masalah
b. Mendefinisikan masalah
c. Memformulasikan dan mengembangkan alternative
d. Implementasi keputusan
e. Evaluasi keputusan
Selain proses pengambilan
keputusan, terdapat juga gaya pengambilan keputusan. Gaya adalah lear habit
atau kebiasaan yang dipelajari. Gaya pengambilan keputusan merupakan kuadran
yang dibatasi oleh dimensi:
1. Cara berpikir, terdiri
dari:
a. Logis dan rasional; mengolah informasi secara serial
b. Intuitif dan kreatif; memahami sesuatu secara keseluruhan.
2. Toleransi terhadap
ambiguitas
a. Kebutuhan yang tinggi
untuk menstruktur informasi dengan cara meminimalkan ambiguitas
b. Kebutuhan yang rendah untuk menstruktur
informasi, sehingga dapat memproses
banyak pemikiran pada saat yang sama.
Kombinasi dari kedua
dimensi diatas menghasilkan gaya pengambilan keputusan seperti:
1. Direktif = toleransi
ambiguitas rendah dan mencari rasionalitas. Efisien, mengambil keputusan secara
cepat dan berorientasi jangka pendek
2. Analitik =
toleransi ambiguitas tinggi dan mencari rasionalitas. Pengambil keputusan yang
cermat, mampu menyesuaikan diri dengan situasi baru
3. Konseptual =
toleransi ambiguitas tinggi dan intuitif. Berorientasi jangka panjang,
seringkali menekan solusi kreatif atas masalah
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasar perumusan dan pembatasan
pembahasan, maka ada beberapa kesimpulan yang dapat kami simpulkan sebagai
berikut:
1. Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk
dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau
mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh
kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
2. Ada tiga tipe gaya
kepemimpinan yaitu:
a. The Authocrhatic Leader
b. The Parthicifative Leader
c. The Free Rein Leader
3. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan seorang pemimpin sebagai berikut:
a. Faktor ego (internal) dari
diri seorang pemimpin;
b. Kondisi bawahan;
c. Masalah yang dihadapi
(sulit/ringan) atau (sederhana/komplek).
4. Langkah-langkah yang harus
dilakukan oleh seorang pemimpin ketika harus mengambil suatu keputusan, yaitu:
a.
Mengetahui
hakekat dari pada masalah yang dihadapi, dengan perkataan lain mendefinisikan
masalah yang dihadapi itu dengan setepat-tepatnya;
b.
Mengumpulkan fakta dan data yang relevant;
c.
Mengolah fakta dan data tersebut;
d.
Menentukan
beberapa alternatif yang mungkin ditempuh;
e.
Memilih
cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang telah diolah dengan matang;
f. Memutuskan tindakan apa yang hendak dilakukan;
g. Menilai hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat daripada
keputusan yang telah diambil.
irwan.burhanudin@yahoo.co.id