Jumat, 04 Januari 2013

Mutiara Hikmah



JIHAD YANG PALING UTAMA
عن أبي سعيد الخذريّ ر.ع عنْ رسول الله ص.م قال أَفضلُ الجِهادِ كلمَةُ عدْلٍ عنْدَ سُلْطانِ جا ِرٍ " رواه التِّرمذيّ وأبو داود
Artinya :`dari Abu Said al-Khudriyyi Ra dari Rosululloh saw telah bersabda : jihad yang paling utama adalah berkata benar di hadapan pemimpin yang dzalim (H.R Tirmidzi dan Abu Daud).

Dalam surat al-Anbiya ayat 50-70 Allah SWT melukiskan tentang perjuangan Nabi Ibrahim a.s ketika berdebat dengan rajanya yaitu Namrud tentang siapa  sebenarnya  Tuhan pencipta alam semesta. Dalam rangkaian ayat tersebut digambarkan bagaimana Ibrahim muda menghancurkan berhala-berhala yang disembah oleh kaumnya, dan menyisakan satu patung yang paling besar. Ketika Raja Namrud  meminta pertanggung jawaban dari Ibrahim, maka beliau mengelak tuduhan tersebut dan menuduh patung yang besarlah yang telah menghancurkan berhala-berhala tersebut.
Selanjutnya apa yang dikatakan oleh Raja Namrud ia berkata : bagaimana mungkin patung yang tidak bisa bergerak ini bisa menghancurkan patung-patung yang lainnya? Maka Ibrahim dengan penuh kemenangan berkata : kenapa kalian menyembahnya padahal kalian tahu ia tidak memberi manfaat dan madlarat kepada kalian? Raja Namrud dan segenap rakyatnya membenarkan apa yang dikatakan oleh ibrahim, namun karena kedzoliman dan kesombongan Raja Namrud, ia malah memerintahkan untuk menangkap Ibrahim dan membakarnya hidup-hidup. Namun dengan pertolongan Allah SWT Ibrahim selamat dari panasnya api yang dinyalakan.
 Dari sejarah di atas dapat kita ambil gambaran bagaimana beratnya perjuangan Nabi Ibrahim untuk mengungkapkan kebenaran di hadapan Raja Namrud. Walaupun apa yang dia ucapkan adalah sebuah kebenaran, namun ternyata ia malah dibalas dengan sebuah siksaan berupa dibakar hidup-hidup. Begitupun apa yang dialami oleh Rasulullah tatkala ia menyampaikan pidato yang pertama di jabal Rahmah, dimana beliau mengajak orang-orang Quraisy untuk meninggalkan sesembahan berupa berhala-berhala, dan hanya menyembah kepada Allah, ternyata penerimaan mereka malah caci maki dan hujatan, malah pamannya sendiri Abu Jahal malah meludahinya. Itulah gambaran bagaimana beratnya tantangan dalam menyampaikan kebenaran-kebenaran.
Hadits di atas telah memberikan gambaran kepada kita bahwa, jihad yang paling utama adalah ketika kita mampu menyampaikan suatu haq dan kebenaran di hadapan pemimpin yang dzalim, karena ternyata dari dua peristiwa di atas memberikan gambaran bahwa konsekwensi dari perjuangan tersebut sangat berat.
Kalau kita mencoba melihat realita yang ada sekarang, banyak diantara saudara kita, ketika masih jadi mahasiswa, aktif di sebuah LSM, ataupun terjerat dalam himpitan ekonomi, lantang menyuarakan hak-hak rakyat banyak baik dengan demo-demo, atau orasi-orasi; pendidikan lah, kesehatan lah, ekonomi lah, dan lain sebagainya. Namun ketika hasil dari  demo dan orasi tersebut ia dapat duduk dalam sebuah jabatan pemerintahan, suaranya hilang nyaris tak terdengar. Jadi apa yang mereka lakukan selama ini hanya untuk kepentingan pribadinya.
Dalam satu cerita dikisahkan tentang seorang pemuda yang melihat kemusyrikan berupa penyembahan terhadap pohon yang besar. Maka dengan niat yang ikhlas ia berangkat dengan membawa sebuah kapak untuk menebang pohon tersebut. Tapi di tengah jalan ia digoda oleh syetan, sehingga dikisahkan pemuda tersebut berkelahi dengan setan itu. Dengan pertolongan Allah SWT pemuda itu dapat mengalahkan si setan. Namun dengan kelicikannya setan merayu si pemuda tersebut untuk tidak menebang pohon dengan jaminan bahwa, apabila si pemuda tersebut bangun dari tidurnya, maka ia akan menemukan tumpukan uang emas, akhirnya si pemuda kalah dan ia pulang ke rumah.
Keesokan harinya ia bangun dari tidurnya, lantas ia membuka bantalnya dengan harapan akan menemukan tumpukan uang emas. Ternyata ketika di buka tidak ada tumpukan uang emas, maka ia merasa marah kepada si setan. Lalu ia mengambil kapak dan pergi untuk menebang pohon sesembahan. Namun di tengah jalan ia di hadang lagi oleh si setan, dan terjadi lagi perkelahian, namun kali ini si setan dapat mengalahkan si pemuda tersebut dengan sangat mudah. Maka si pemuda merasa heran dan bertanya penyebab kekalahannya. Maka si setan menjawab, bahwa ketika si pemuda pergi pertama kali dengan niat ikhlas, sehingga ia mampu mengalahkannya; namun ketika kamu pergi yang kedua kali adalah karena kamu tidak mendapatkan uang yang aku janjikan, jadi niat kamu bukan karena Allah tapi karena uang.Dari cerita di atas, betapa kita harus mengkaji ulang dengan segala apa yang sudah kita kerjakan. Sudahkah kita berbuat Lillaahi Ta`la? Wallhu`alam bishshawab