Keluargaku Syurgaku
Keberkahan
Pernikahan
Sudah
menjadi sebuah rahasia umum ketika seorang pemuda ataupun pemudi merasa ragu
untuk melangkah ke jenjang pernikahan, padahal melihat usia dan kemampuan
secara materi mereka telah dikategorikan mampu… banyak alasan yang terlontar,
belum siap mentallah; belum siap materilah dan lain sebagainya… mereka lupa
bahwa Allah telah menjanjikan untuk memberikan keberkahan bagi mereka yang
melangsungkan pernikahan (H.R Imam yang empat dan bersumber dari Abu Hurairah).
dalam tulisan ini saya mencoba untuk berbagi pengalaman tentang keberkahan
sebuah pernikahan… mudah-mudahan ada pembelajaran bagi kita semua…
Nopember
1999
aku berhasil menyelesaikan perkuliahan S-1 ku, di sinilah awal perjalanan
kehidupan sesungguhnya. Dengan gelar yang kusandang dan Ijazah yang kugenggam
ternyata tidak menjadi jaminan untuk memperoleh pekerjaan dengan mudah (persis
kayak lagu `Sarjana Muda` nya Iwan Fals). Ber bulan-bulan
kulangkahkan kaki dari satu tempat ke tempat lain tapi ternyata harapan
tinggallah harapan, apa yang kuinginkan tuk memperoleh pekerjaan tak jua
tergapai.
Juli
2000
dengan perasaan harap-harap cemas aku masukkan lamaran kerja tuk mengajar di
pesantren almamaterku, Alhamdulillah dengan kekuasaan dan kehendak-Nya aku
diterima untuk mengajar di tempat yang dulu aku pernah mengenyam ilmu di sana. Agustus
2000 sebulan menjelang usiaku masuk tahun ke-25 aku berubah status menjadi
seorang pengajar/guru atau Ustadz sebutan di sekolahku, yang tentu saja sebutan
ini mempunyai konsepsi makna yang lebih mendalam dari sekedar seorang guru atau
pengajar.
Januari
2001
tepatnya hari Rabu tanggal 03, aku resmi mengikat sumpah setia melalui ikatan
perkawinan dengan seorang wanita yang telah lama aku kenal -maklum wanita tersebut adalah seorang WTS
(Wanita Tetangga Sebelah) he… jadi kami sudah saling mengenal cukup lama. Awal
rencana pernikahan sempat mendapat tantangan dari saudara-saudara saya,
mengingat usia saya baru 25 th, sementara kakak-kakak laki-laki saya rata-rata
menikah di usia lebih dari 26 th; namun dengan sebuah keyakinan bahwa tidak
akan menjadi kaya dan bahagia seorang laki-laki kalau hidup terus membujang dan
keyakinan bahwa pernikahan akan menjadikan keberkahan hidup, saya tetap
bulatkan tekad untuk tetap melangsungkan pernikahan tersebut.
Dengan
hanya pendapatan Rp. 175.000/bulan (seingat saya) kami menjalani
kehidupan rumah tangga dengan sederhana dan bahagia. Saya berangkat ngajar
dengan naik sepeda yang dibeli dari tetangga dengan harga Rp. 200.000 sementara
istri berangkat ke tempat kerja dengan menggunakan kendaraan umum (angkot).
Rutinitas keseharian pun kami jalani dengan riang gembira. Sesuatu yang tak
disadari tapi justru menjadi keberkahan dalam rumah tangga kami adalah, saya
tidak pernah pegang uang, artinya bab keuangan menjadi urusan utama istri… dan
Alhamdulillah istri saya adalah seorang pengelola keuangan yang baik (maklum di
tempat kerjanya pun, istriku sebagai pengurus keuangan)… namun walaupun saya
tidak pegang uang, namun segala hal yang saya inginkan bias terpenuhi
Alhamdulillah.
Banyak
Anak Banyak Rezeki
Peribahasa
`Banyak Anak Banyak Rezeki` ternyata dapat saya rasakan; meskipun pepatah ini
banyak yang menentang dan tidak percaya, tapi Alhamdulillah ternyata pepatah
itu terjadi dalam kehidupan rumah tangga kami.
Desember
2001
tepatnya hari Jum`at tanggal 06 lahirlah putra sulung kami berjenis kelamin
laki-laki dan kami beri nama Shalahuddin Rabbani al-`Abqari dengan nama
panggilan Bani. Di sinilah bukti kebenaran akan janji Allah bahwa setiap
makhluk yang dilahirkan pasti membawa rizkinya masing-masing. Seiring dengan
pertumbuhan putra kami yang pertama, kami membuka warung kecil-kecilan di rumah
kami. Ternyata dengan membuka warung kecil-kecilan tersebut membuka pintu rezeki
bagi kami, minimal dapat memperpanjang
dan mengolah rizki yang kami peroleh
Nopember
2004
tepatnya hari Jum`at tanggal 12 lahirlah putra kedua kami, dan kembali jenis
kelamin laki-laki yang Allah rizkikan kepada kami. Salman Muzakki Rabbani
nama yang kami berikan untu anak yang kedua tersebut. Kembali Allah memberikan
anugerahnya kepada kami seiring dengan kelahiran putra ke-2 kami, yaitu kami
dapat membangun sebuah rumah, walaupun tidak besar dan mewah seperti dalam
sinetron-sinetron Indonesia, tapi cukuplah rumah tersebut sebagai tempat kami
untuk berlindung dari terik panasnya matahari dan dinginnya air hujan (kayak
lagu `Gelandangan` nya Bung. Rhoma Irama he…).
Tahun
2006
karena kesibukan dan tak bisa membagi waktunya kami antara kegiatan di sekolah
dengan di rumah, maka warung kecil-kecilan yang telah kami rintis selama lima
tahun akhirnya tutup, sehingga kami hanya mengandalkan penghasilan kami berdua
dari sekolah. Walaupun pendapatan kami – atau secara umum asatidz yang mengajar
di pesantren- tidaklah sebesar dengan pendapatan guru-guru PNS, namun
keberkahan dari penghasilan tersebut yang kami rasakan. Walaupun masih jauh
dari UMR pendapatan kami sebulannya, namun kami merasakan tidak pernah
kesulitan dalam masalah materi, mudah-mudahan ini adalah keberkahan Allah yang
diberikan kepada kami.
Tahun
2008
tepatnya hari Jum`at 05 September lahirlah putra kami yang ketiga, dan
Alhamdulillah Allah memberikan kepercayaan kepada kami untuk memiliki seorang
putri, kami memberinya nama Shabria Putri `Izzati Ramadhani. Kembali
Allah memberi bukti kekuasaannya, seiring dengan pertumbuhan putra kami yang
ketiga, Allah membukakan pintu rizkinya bagi kami melalui usaha konveksi yang
coba kami rintis. Sejak tahun 2009 sampai dengan sekarang Alhamdulillah usaha tersebut
masih berjalan, meskipun tidak dalam skala besar, namun cukup bagi kami untuk
tetap mensyukuri akan nikmat Allah tersebut. Tahun 2012 alhamdulillah
saya dapat menyelesaikan S-2 dan anak pertama saya duduk di kelas 5 sedangkan
anak ke-2 duduk di kelas 2.
Ada
sesuatu yang unik dan indah dari peristiwa kelahiran ketiga putra kami; dilihat
dari hari dan bulan semuanya sama. Ketiga putra kami lahir pada hari Jum`at
yang merupakan hari besar bagi umat Islam; dan Ramadhan adalah bulan di
mana ketiga putra kami lahir. Mudah-mudahan ini menjadi sebuah dorongan bagi
putra-putri kami untuk menjadi orang-orang besar yang diberkahi oleh Allah SWT,
amin!
Tahun
2013,
tepatnya hari Ahad 21 Oktober lahir putra kami yang keempat, kembali Allah
memberi amanat putra kami yang ke -4 dengan berjenis kelamin laki-laki, Syahid
Gerrard Burhani Putra kami beri nama putra kami ke-4 tersebut. Kelahiran
putra kami keempat ini bersamaan dengan perjuangan bapaknya yang bulak-balik
Garut – Jakarta selama satu tahun karena harus menjalani perkuliahan PPG
(Pendidikan Profesi Garut) yang dilaksanakan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Selang dua bulan dari kelahiran putra ke-4 kami, Alhamdulillah saya
pun selesai dalam kegiatan perkuliahannya. Sekali lagi, keagungan Allah
menghampiri kami, awal Desember ini kami membangun lantai dua rumah
kami, mudah-mudahan awal tahun baru 2014 dapat selesai, amin!
Kisah
hidup saya di atas mungkin bukanlah gambaran keluarga yang ideal bagi sebagian
orang, tapi saya harap kisah di atas mudah-mudahan menjadi sebuah motivasi dan
inspirasi kepada saudara-saudaraku yang masih betah men-JOMBLO dengan
berbagai alasan klasiknya; ataupun mudah-mudahan menjadi sebuah PENDOBRAK
bagi keluarga yang berkeyakinan `keluarga kecil bahagia` tapi justru merubah
konsep dengan `Keluarga besar bahagia dan sejahtera` amin!
Kupersembahkan
catatan kecil ini buat istriku tercinta: Ida Saja`ah yang telah rela
menjadi bagian dari cita-cita hidupku di dunia ini.
Garut,
Desember 2013