Jumat, 13 Desember 2013

Catatan kecil perjalanan hidupku



Keluargaku Syurgaku
Keberkahan Pernikahan
Sudah menjadi sebuah rahasia umum ketika seorang pemuda ataupun pemudi merasa ragu untuk melangkah ke jenjang pernikahan, padahal melihat usia dan kemampuan secara materi mereka telah dikategorikan mampu… banyak alasan yang terlontar, belum siap mentallah; belum siap materilah dan lain sebagainya… mereka lupa bahwa Allah telah menjanjikan untuk memberikan keberkahan bagi mereka yang melangsungkan pernikahan (H.R Imam yang empat dan bersumber dari Abu Hurairah). dalam tulisan ini saya mencoba untuk berbagi pengalaman tentang keberkahan sebuah pernikahan… mudah-mudahan ada pembelajaran bagi kita semua…
Nopember 1999 aku berhasil menyelesaikan perkuliahan S-1 ku, di sinilah awal perjalanan kehidupan sesungguhnya. Dengan gelar yang kusandang dan Ijazah yang kugenggam ternyata tidak menjadi jaminan untuk memperoleh pekerjaan dengan mudah (persis kayak lagu `Sarjana Muda` nya Iwan Fals). Ber bulan-bulan kulangkahkan kaki dari satu tempat ke tempat lain tapi ternyata harapan tinggallah harapan, apa yang kuinginkan tuk memperoleh pekerjaan tak jua tergapai.
Juli 2000 dengan perasaan harap-harap cemas aku masukkan lamaran kerja tuk mengajar di pesantren almamaterku, Alhamdulillah dengan kekuasaan dan kehendak-Nya aku diterima untuk mengajar di tempat yang dulu aku pernah mengenyam ilmu di sana. Agustus 2000 sebulan menjelang usiaku masuk tahun ke-25 aku berubah status menjadi seorang pengajar/guru atau Ustadz sebutan di sekolahku, yang tentu saja sebutan ini mempunyai konsepsi makna yang lebih mendalam dari sekedar seorang guru atau pengajar.
Januari 2001 tepatnya hari Rabu tanggal 03, aku resmi mengikat sumpah setia melalui ikatan perkawinan dengan seorang wanita yang telah lama aku kenal  -maklum wanita tersebut adalah seorang WTS (Wanita Tetangga Sebelah) he… jadi kami sudah saling mengenal cukup lama. Awal rencana pernikahan sempat mendapat tantangan dari saudara-saudara saya, mengingat usia saya baru 25 th, sementara kakak-kakak laki-laki saya rata-rata menikah di usia lebih dari 26 th; namun dengan sebuah keyakinan bahwa tidak akan menjadi kaya dan bahagia seorang laki-laki kalau hidup terus membujang dan keyakinan bahwa pernikahan akan menjadikan keberkahan hidup, saya tetap bulatkan tekad untuk tetap melangsungkan pernikahan tersebut.
Dengan hanya pendapatan Rp. 175.000/bulan (seingat saya) kami menjalani kehidupan rumah tangga dengan sederhana dan bahagia. Saya berangkat ngajar dengan naik sepeda yang dibeli dari tetangga dengan harga Rp. 200.000 sementara istri berangkat ke tempat kerja dengan menggunakan kendaraan umum (angkot). Rutinitas keseharian pun kami jalani dengan riang gembira. Sesuatu yang tak disadari tapi justru menjadi keberkahan dalam rumah tangga kami adalah, saya tidak pernah pegang uang, artinya bab keuangan menjadi urusan utama istri… dan Alhamdulillah istri saya adalah seorang pengelola keuangan yang baik (maklum di tempat kerjanya pun, istriku sebagai pengurus keuangan)… namun walaupun saya tidak pegang uang, namun segala hal yang saya inginkan bias terpenuhi Alhamdulillah.

Banyak Anak Banyak Rezeki
Peribahasa `Banyak Anak Banyak Rezeki` ternyata dapat saya rasakan; meskipun pepatah ini banyak yang menentang dan tidak percaya, tapi Alhamdulillah ternyata pepatah itu terjadi dalam kehidupan rumah tangga kami.
Desember 2001 tepatnya hari Jum`at tanggal 06 lahirlah putra sulung kami berjenis kelamin laki-laki dan kami beri nama Shalahuddin Rabbani al-`Abqari dengan nama panggilan Bani. Di sinilah bukti kebenaran akan janji Allah bahwa setiap makhluk yang dilahirkan pasti membawa rizkinya masing-masing. Seiring dengan pertumbuhan putra kami yang pertama, kami membuka warung kecil-kecilan di rumah kami. Ternyata dengan membuka warung kecil-kecilan tersebut membuka pintu rezeki bagi kami, minimal  dapat memperpanjang dan mengolah rizki yang kami peroleh
Nopember 2004 tepatnya hari Jum`at tanggal 12 lahirlah putra kedua kami, dan kembali jenis kelamin laki-laki yang Allah rizkikan kepada kami. Salman Muzakki Rabbani nama yang kami berikan untu anak yang kedua tersebut. Kembali Allah memberikan anugerahnya kepada kami seiring dengan kelahiran putra ke-2 kami, yaitu kami dapat membangun sebuah rumah, walaupun tidak besar dan mewah seperti dalam sinetron-sinetron Indonesia, tapi cukuplah rumah tersebut sebagai tempat kami untuk berlindung dari terik panasnya matahari dan dinginnya air hujan (kayak lagu `Gelandangan` nya Bung. Rhoma Irama he…).
Tahun 2006 karena kesibukan dan tak bisa membagi waktunya kami antara kegiatan di sekolah dengan di rumah, maka warung kecil-kecilan yang telah kami rintis selama lima tahun akhirnya tutup, sehingga kami hanya mengandalkan penghasilan kami berdua dari sekolah. Walaupun pendapatan kami – atau secara umum asatidz yang mengajar di pesantren- tidaklah sebesar dengan pendapatan guru-guru PNS, namun keberkahan dari penghasilan tersebut yang kami rasakan. Walaupun masih jauh dari UMR pendapatan kami sebulannya, namun kami merasakan tidak pernah kesulitan dalam masalah materi, mudah-mudahan ini adalah keberkahan Allah yang diberikan kepada kami.
Tahun 2008 tepatnya hari Jum`at 05 September lahirlah putra kami yang ketiga, dan Alhamdulillah Allah memberikan kepercayaan kepada kami untuk memiliki seorang putri, kami memberinya nama Shabria Putri `Izzati Ramadhani. Kembali Allah memberi bukti kekuasaannya, seiring dengan pertumbuhan putra kami yang ketiga, Allah membukakan pintu rizkinya bagi kami melalui usaha konveksi yang coba kami rintis. Sejak tahun 2009 sampai dengan sekarang Alhamdulillah usaha tersebut masih berjalan, meskipun tidak dalam skala besar, namun cukup bagi kami untuk tetap mensyukuri akan nikmat Allah tersebut. Tahun 2012 alhamdulillah saya dapat menyelesaikan S-2 dan anak pertama saya duduk di kelas 5 sedangkan anak ke-2 duduk di kelas 2.
Ada sesuatu yang unik dan indah dari peristiwa kelahiran ketiga putra kami; dilihat dari hari dan bulan semuanya sama. Ketiga putra kami lahir pada hari Jum`at yang merupakan hari besar bagi umat Islam; dan Ramadhan adalah bulan di mana ketiga putra kami lahir. Mudah-mudahan ini menjadi sebuah dorongan bagi putra-putri kami untuk menjadi orang-orang besar yang diberkahi oleh Allah SWT, amin!
Tahun 2013, tepatnya hari Ahad 21 Oktober lahir putra kami yang keempat, kembali Allah memberi amanat putra kami yang ke -4 dengan berjenis kelamin laki-laki, Syahid Gerrard Burhani Putra kami beri nama putra kami ke-4 tersebut. Kelahiran putra kami keempat ini bersamaan dengan perjuangan bapaknya yang bulak-balik Garut – Jakarta selama satu tahun karena harus menjalani perkuliahan PPG (Pendidikan Profesi Garut) yang dilaksanakan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selang dua bulan dari kelahiran putra ke-4 kami, Alhamdulillah saya pun selesai dalam kegiatan perkuliahannya. Sekali lagi, keagungan Allah menghampiri kami, awal Desember ini kami membangun lantai dua rumah kami, mudah-mudahan awal tahun baru 2014 dapat selesai, amin!
Kisah hidup saya di atas mungkin bukanlah gambaran keluarga yang ideal bagi sebagian orang, tapi saya harap kisah di atas  mudah-mudahan menjadi sebuah motivasi dan inspirasi kepada saudara-saudaraku yang masih betah men-JOMBLO dengan berbagai alasan klasiknya; ataupun mudah-mudahan menjadi sebuah PENDOBRAK bagi keluarga yang berkeyakinan `keluarga kecil bahagia` tapi justru merubah konsep dengan `Keluarga besar bahagia dan sejahtera` amin!

Kupersembahkan catatan kecil ini buat istriku tercinta: Ida Saja`ah yang telah rela menjadi bagian dari cita-cita hidupku di dunia ini.

Garut, Desember 2013