JADILAH
PEJUANG SEJATI!
قال
الله تعالى : هُوَ الَّذِى خَلَقَ الْمَوْتَ وَالحَياةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَحْسَنُ
عَمَلاً وَهُوَ العَزِيزُ الغَفُورُ (الملك:2)
Artinya :` Dialah yang telah menciptakan kematian
dan kehidupan untuk menguji kalian , siapa di antara kalian yang paling bagus
amalnya, dan Dialah yang Maha Gagah serta Maha Pengampun` (Q.S al-Mulk; 67:2).
Ayat di atas memberi penjelasan kepada kita bahwa,
Allah swt mengumpamakan kehidupan manusia di dunia ini bagaikan sebuah
perlombaan, di mana orang yang paling hebat dialah yang berhak menjadi
pemenang; maka begitupun kehidupan manusia, siapa yang paling bagus
perbuatannya maka dialah yang paling berhak untuk mendapatkan keridlaan Allah
swt (surga).
Abu Izzudin (2006:80) menyebutkan bahwa kehidupan dunia ini adalah pendakian prestasi, mengumpulkan kesuksesan-kesuksesan kecil menjadi besar bahkan luar biasa. Selanjutnya beliau mengumpamakan kehidupan ini umpama mendaki gunung. Ketika kita mendaki gunung maka kita akan mengalami berbagai halangan dan rintangan, mulai dari jalan yang mendaki, batu yang terjal, jurang yang curam, ataupun rumput ilalang yang tingginya melebihi badan kita; namun semua itu kita lewati dengan gigih karena ingin mencapai puncak gunung tersebut.
Begitupun
kehidupan ini, untuk mencapai puncak prestasi (ridla Allah) maka tentu kita
dihadapkan pada ujian-ujian dan rintangan yang harus kita lalui; baik itu
kesengsaraan hidup, ujian materi, ujian nyawa dan lain sebagainya harus mampu
kita lewati untuk mencapai kesuksesan tersebut. Allah menjelaskan bahwa kita
jangan pernah mengira akan masuk surga, padahal kita belum mengalami ujian dan
rintangan seperti yang telah dialami orang-orang sebelum kamu, disiksa, kurang
harta, perang dan ujian sebagainya yang telah mereka alami (Q.S al-Baqarah:2:214).
Terkadang kita suka merasa sudah layak dan pantas masuk ke dalam surga
Allah hanya mengandalkan bahwa kita suka melaksanakan shalat, shaum, zakat,
haji atau ibadah yang lainnya; padahal kata Allah swt kalaulah kalian coba
menghitung seluruh pahala ibadah kamu, maka tidak akan cukup untuk membayar
nikmat yang pernah kalian rasakan. Orang-orang yang masuk ke dalam surga Allah
bukan semata karena amal baik mereka, tapi dibarengi dengan adanya Rahmat dari
Allah swt (H.R Muslim).
Selanjutnya Abu Izzudin (2006:80-81) menyebutkan bahwa ada tiga (3) tipe
manusia ketika dia sedang menjalani pendakian, yaitu :
1)
Quitters, yaitu tipe
orang yang tergesa-gesa ingin mencapai tujuan,mudah menyerah, tidak mau ambil
resiko, senang patah arah, dan tidak berani mencoba karena takut gagal (kumeok
memeh dipacok=peribahasa Basa Sunda). Tipe orang semacam ini adalah tipe orang
yang pikirannya sudah dipenuhi oleh rasa suudz dzan dan Negative
thinking, memilih aman daripada menghadapi resiko, tak punya nyali untuk
menatap kehidupan ke depan dengan hal positif. Peristiwa perang badar dapat
dijadikan contoh untuk menggambarkan tipe orang seperti ini. Ketika Rasuullah
saw berangkat perang dari kota Madinah dengan membawa pasukan berjumlah 300-an
tentara menuju medan pertempuran; namun di tengah perjalanan ada beberapa orang
(+ 30-an) terbujuk rayu oleh hasutan Abdullah bin Ubay yang note bene
dia adalah seorang munafiq, ia mengatakan untuk apa kita repot-repot perang
mengorbankan jiwa kita, mendingan kita pulang lagi; akhirnya ketigapuluh orang
ini pulang lagi ke Madinah. Namun dengan Pertolongan Allah Rasulullah dengan
pasukannya yang hanya berjumlah + 270 orang bisa mengalahkan kaum kafir
Quraisy yang berjumlah 1000 orang. Dari kisah di atas kita melihat bahwa mereka
yang membelot adalah mereka yang sudah dihantui perasaan takut terlebih dahulu,
dan orang yang tidak mau mengambil resiko.
2)
Campers, tipe ini
adalah orang yang mau berusaha untuk meraih apa yang dia inginkan, dia mau
mengambil resiko, namun dia merasa puas dengan apa yang ia raih pada saat itu
tanpa mau berusaha untuk mencapai keberhasilan yang lain. Kita umpamakan tipe
ini adalah seorang siswa yang sudah merasa puas mendapat nilai enam (6) dari
hasil ulangannya tanpa ada kemauan untuk meningkatkannya lagi. Tipe ini menurut
pandangan Islam dikategorikan salah, sebab Allah swt berfirman “ apabila kamu
telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah urusan yang lain “
(al-Insyirah:94;7). Artinya di sini bahwa Islam memerintahkan kepada umatnya
untuk tidak puas dalam satu keberhasilan, tapi ia harus bisa mencapai
keberhasilan-keberhasilan yang lain.
3)
Climbers, tipe yang
ketiga ini adalah tipe pendaki sejati. Apapun rintangan dan cobaan ia akan
tempuh demi misinya, dan ketika berhasil maka ia akan mencoba untuk mendaki tujuan
yang lain meskipun dengan resiko yang tinggi. Cerita tentang salah seorang
sahabat Rasulullah saw bisa mewakili untuk menjelaskan tipe yang ketiga ini. Al-Aswad adalah seorang sahabat Rasulullah
yang berkulit hitam legam dan tergolong orang yang biasa-biasa. Selanjutnya
dikisahkan bahwa ia menaksir seorang perempuan cantik rupawan dengan kulit yang
putih; saking ia naksirnya sehingga ia memberanikan diri melamar gadis
tersebut, bagaimana reaksinya? Sudah kita duga keluarga si gadis itu menolak
mentah-mentah al-Aswad. Namun saking cintanya maka ia mengadu kepada Rasulullah
saw dan menceritakan kejadiaannya. Maka Rasuullah memerintahkan seorang sahabat
untuk menemani al-Aswad melamar gadis tersebut. Ketika kelurga gadis tersebut
menerima al-Aswad mengajukan lamaran lagi atas nama Rasulullah, maka dengan
ketaatan terhadap Rasulullah maka keluarga gadis tersebut menerima al-Aswad.
Ketika mendekati hari pernikahan, al-Aswad pergi ke pasar untuk membeli
perlengkapan pernikahan. Namun di pasar ia mendengar seruan Rasulullah saw
untuk berjihad, maka ia urungkan niat untuk membeli perlengkapan perang, namun
ia alihkan untuk membeli perlengkapan perang dan ia berangkat ke medan pertempuran dan
bertempur dengan gagah berani sehingga ia menemui apa yang diharapkannya mati
syahid. Rasulullah pun merasa takjub dan meneteskan air matanya mendengar
wafatnya al-Aswad yang rela mengorbankan pernikahannya demi berperang di jalan
Allah. Dari kisah tersebut memberi gambaran kepada kita bagaimana perjuangan
al-Aswad untuk mendapatkan pujaan
hatinya walaupun resikonya akan ditolak mentah-mentah; namun ketika ia telah
berhasil mendapatkan gadis tersebut ia juga berani untuk mengambil cita-cita
yang lebih mulia yaitu berperang, walaupun resikonya kematian yang akan
menghilangkan kesempatan untuk menikahi si gadis yang sangat ia cintai.
Itulah gambaran tiga tipe manusia ketika mengarungi
ujian, tinggal kita bertanya pada diri termasuk yang manakah diri kita ini ? wallhu
`alam bishshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar