Senin, 14 Oktober 2013

PEMIMPIN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN (Makalah)



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Pembahasan
Setiap orang adalah pemimpin, minimal pemimpin untuk dirinya sendiri, hal ini sebagaimana tertuang dalam sebuah hadits Rasulullah saw:
عن ابن عمر ر.ع قال: قال رسول الله ص.م " كلّكم راعٍ وكلّكم مسئول عن رعيّته... الحديث " متفق عليه
Artinya: Dari Ibnu Umar R.a ia berkata: bersabda Rasulullah saw “Setiap kalian adalah pemimpin, dan kalian akan ditanya tentang kepemimpinan kalian… al-hadits (Mutafaq `alaih).
Namun, terkadang  manusia lupa tentang  peranan dia sebagai seorang pemimpin dan terkadang dia tidak tahu bahwa kelak dia akan ditanya tentang kepemimpinannya; Atau terkadang ada manusia yang ditakdirkan menjadi seorang pemimpin tapi ia tidak tahu apa yang harus diperbuat sebagai seorang pemimpin. Disinilah diperlukan pengetahuan dan keilmuan tentang kepemimpinan, sehingga seseorang yang ditakdirkan menjadi pemimpin tidak gagap dan bingung dengan jabatannya.
Akhir-akhir ini banyak orang membicarakan masalah krisis kepemimpinan. Konon sangat suilt mencari kader-kader pemimpin pada berbagai tingkatan. Orang pada zaman sekarang cenderung mementingkan diri sendiri dan tidak atau kurang peduli pada kepentingan orang lain, kepentingan lingkungannya. Krisis kepemimpinan ini disebabkan karena makin langkanya kepedulian pada kepentingan orang banyak, kepentingan lingkungannya. Sekurang-kurangnya terlihat ada tiga masalah mendasar yang menandai kekurangan ini. Pertama adanya krisis komitmen. Kebanyakan orang tidak merasa mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memikirkan dan mencari pemecahan masalah kemaslahatan bersama, masalah harmoni dalam kehidupan dan masalah kemajuan dalam kebersamaan.
Kedua, adanya krisis kredibilitas. Sangat sulit mencari pemimpin atau kader pemimpin yang mampu menegakkan kredibilitas tanggung jawab. Kredibilitas itu dapat diukur misalnya dengan kemampuan untuk menegakkan etika memikul amanah, setia pada kesepakatan dan janji, bersikap teguh dalam pendirian, jujur dalam memikul tugas dan tanggung jawab yang dibebankan padanya, kuat iman dalam menolak godaan dan peluang untuk menyimpang.
Ketiga, masalah kebangsaan dan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Saat ini tantangannya semakin kompleks dan rumit. Kepemimpinan sekarang tidak cukup lagi hanya mengandalkan pada bakat atau keturunan. Pemimpin zaman sekarang harus belajar, harus membaca, harus mempunyai pengetahuan mutakhir dan pemahamannya mengenai berbagai soal yang menyangkut kepentingan orang-orang yang dipimpin. Juga pemimpin itu harus memiliki kredibilitas dan integritas, dapat bertahan, serta melanjutkan misi kepemimpinannya. Kalau tidak, pemimpin itu hanya akan menjadi suatu karikatur yang akan menjadi cermin atau bahan tertawaan dalam kurun sejarah di kelak di kemudian hari.
Salah satu hal yang menjadi permasalahan dalam kepemimpinan adalah dalam hal pengambilan keputusan; terkadang hal ini menjadi perkara yang tidak mudah bagi seorang pemimpin untuk memutuskan suatu perkara. Terkadang ego, kepentingan, kondisi bawahan, hal yang menjadi pokok bahasan menjadi factor-faktor yang mempengaruhi seorang pemimpin dalam mengambil sebuah keputusan. Dalam makalah singkat ini, kami membahas tentang kepemimpinan dan pengambilan keputusan yang menjadi dua hal yang mutlak ada dalam kehidupan berorganisasi pada khususnya dan kehidupan manusia secara umum selaku makhluk social.
1.2  Rumusan dan Batasan Pembahasan
 Untuk lebih terarahnya makalah ini, maka kami membatasi permasalahan dengan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a.       Apa pengertian dari kepemimpinan?
b.      Apa saja tipe-tipe kepemimpinan?
c.       Faktor apa saja yang mempengaruhi pengambilan keputusan seorang pemimpin?
d.      Tekhnik atau metode apa saja yang harus digunakan oleh seorang pemimpin dalam upaya pengambilan keputusan?
1.3  Tujuan Pembahasan
Dari rumusan dan batasan masalah di atas, ada beberapa tujuan yang ingin kami capai dari makalah ini, yaitu:
a.       Mengetahui pengertian dari kepemimpinan;
b.      Mengetahui tipe-tipe kepemimpinan;
c.       Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan seorang pemimpin;
d.      Mengetahui tekhnik dan metode yang digunakan seorang pemimpin dalam upaya pengambilan keputusan.
1.4  Sistematika Pembahasan
Untuk lebih sistematisnya pembahasan ini, maka kami membagi makalah singkat ini menjadi empat (4) bab, yaitu:
BAB I. PENDAHULUAN, terdiri dari: Latar Belakang Pembahasan, Pembatasan dan Rumusan Pembahasan, Tujuan Pembahasan dan Sistematika Pembahasan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, terdiri dari: Pengertian Kepemimpinan, Syarat-Syarat Seorang Pemimpin dan Gaya Kepemimpinan.
BAB III. PEMBAHASAN, terdiri dari: Pengambilan Keputusan, Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan dan Peranan Pemimpin dalam Pengambilan Keputusan.
BAB IV. KESIMPULAN









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kepemimpinan
Leadership is capatibilty of persuading others to work together undertheir direction as a team to accomplish certain designated objectives (kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang lain supaya bekerja sama di bawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai atau melakukan suatu tujuan tertentu), demikian tulis James M Black dalam bukunya Management, A guide to Executive Command.
Menurut Tead; Terry, Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok. Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Moejiono (2002) memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok; kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
2.2 Syarat-Syarat Seorang Pemimpin
Siapa orang yang bisa diangkat atau dipilih untuk menjadi pemimpin? Tidak bisa sembarang orang bisa diangkat menjadi seorang pemimpin; karena ketika seseorang salah mengangkat pemimpin maka tunggulah kebinasaan, hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw:
قال رسول الله ص.م: إذا وسَِد الأمرُ إِلى غير أهلِه فانْتظِر السّاعةَ . رواه البخاري
Artinya: Bersabda Rasulullah saw: `Barangsiapa menyerahkan suatu urusan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran` H.R Bukhari
 Untuk menjawab pertanyaan di atas perlulah kita menentukan kriteria yang akan dipakai untuk memilih pimpinan tersebut. Seorang pemimpin  paling sedikit mampu untuk memimpin para bawahan untuk mencapai tujuan organisasi dan juga mampu  menangani hubungan antar karyawan. Mempunyai interaksi antar personnel yang baik dan mempunyai kemampuan untuk bisa menyesuaikan diri dengan keadaan.
Ada beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin di antaranya  adalah :
1. Keinginan Untuk Menerima Tanggung Jawab
Apabila seseorang telah  bersedia untuk  menerima kepercayaan diangkat sebagai seorang pemimpin, maka ia bertanggung jawab atas komitmen yang ia ucapkan ketika diangkat menjadi pemimpin. Disini pemimpin harus mampu mengatasi bawahannya, mengatasi tekanan kelompok informal, bahkan kalau perlu juga harus mampu mengatasi tekanan dari luar.
2. Kemampuan Untuk Bisa”Perceptive”
Perceptive menunjukan Kemampuan untuk mengamati atau menemukan kenyataan dari suatu lingkungan. Setiap pimpinan haruslah mengenali tujuan organisasi sehingga mereka bisa bekerja untuk membantu mencapai tujuan tersebut. Disini ia memerlukan kemampuan untuk untuk memahami bawahan, sehingga ia dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan mereka serta juga berbagai ambisi yang ada. Di samping itu pemimpin harus juga mempunyai persepsi instropektif ( menilai diri sendiri ) sehingga ia bisa mengetahui kekuatan, kelemahan dan tujuan yang layak baginya. Inilah yang disebut kemampuan “Perceptive”
3. Kemampuan untuk bersikap Objektif
Objektivitas adalah kemampuan untuk melihat suatu peristiwa atau merupakan perluasan dari kemampuan perceptive.Apabila perceptivitas menimbulkan kepekaan terhdap fakta, kejadian dan kenyatan-kenyatan yang lain. Objektivitas membantu pemimpin untuk meminimumkan faktor-faktor emosional dan pribadi yang mungkin mengaburkan realitas.

4. Kemampuan Untuk Menentukan Perioritas
Seorang pemimpin yang pandai adalah seseorang yang mempuanyai kemampuan untuk memiliki dan menentukan mana yang penting dan mana yang tidak. Kemampuan ini sangat diperlukan karena pada kenyataanya sering masalah-masalah yang harus dipecahkan bukan datang satu per satu tetapi seringkali masalah datang bersamaan dan berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
5. Kemampuan untuk berkomunikasi
Kemamapuan untuk memberikan dan menerima informasi merupakan keharusan bagi seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah orang yang bekerja dengan menggunakan bantuan orang lain, karena itu pemberian perintah, penyampaian informasi kepada orang lain mutlak perlu dikuasai
2.3 Tipe-Tipe (Gaya) Kepemimpinan
Perilaku pemimpin ini disebut juga Gaya Kepemimpinan ( Style of Leadership ). Berbagai gaya kepemimpinan telah diteliti dan ditemukan bahwa setiap pemimpin telah diteliti dan ditemukan bahwa setiap pemimpin bisa mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, dan tidak mesti suatu gaya kepemimpinan yang satu lebih baik atau lebih jelek daripada gaya kepemimpinan yang lainya.
Para ahli mencoba mengelompokkan gaya kepemimpinan dengan menggunakan suatu dasar tertentu. Dasar yang sering dipergunakan adalah tugas yang dirasakan harus dilakukakan oleh pemimpin, Kewajiban yang pimpinan harapakan diterima oleh bawahan dan falsafah yang dianut oleh pimpinan untuk pengembangan dan pemenuhan harapan para bawahan. Ada berbagai gaya kepemimpinan antara lain :
1.        The anthocratic leader
Seorang pemimpin yang otokratik menganggap bahwa semua kewajiban untuk mengambil keputusan, untuk menjalankan tindakan, dan untuk mengarahkan tindakan, dan untuk mengarahkan, memberi motivasi dan mengawasi bawahanya terpusat ditangannya. Seorang pemimpin yang otokratik mungkin memutuskan, dan punya perasaan bahwa bawahanya tidak mampu untuk baranggapan mempunyai posisi yang kuat untuk mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan pekerjaaan dengan maksud untuk meminimumkan penyimpangan dari arah yang ia berikan.
2.        The Paticipative Leader
Apabila seseorang pemimpin menggunakan gaya partisipasi ia menjalankan kepemimpinan dengan konsultasi. Ia tidak mendelegasikan wewenangnya untuk membuat keputusan akhir dan untuk memberikan pengarahan tertentu kepada bawahanya. Tetapi ia mencari berbagai pendapat dan pemikiran dari pada bawahanya mengenai keputusan yang akan diambil. Ia akan secara serius mendengarkan dan menilai pikiran –pikiran para bawahanya dan menerima sumbangan pikiran mereka .Sejauh pemikiran tersebut bisa dipraktekan .Pemimpin dengan gaya partisipatif akan mendorong kemampuan mengambil keputusan dari pada bawahanya sehingga pikiran –pikiran mereka akan selalu meningkat dan makin matang . Para bawahanya juga didorong agar meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dan menerima tanggung jawab yang lebih besar. Pemimpin akan lebih “ Supportive” dalam kontak dengan para bawahan dan bukan menjadi bersikap diktator. Meskipun tentu saja. Wewenang terakhir dalam penganbilan keputusan terletak pada pimpinan.
3.    The Free Rein Leader
Dalam gaya kepemimpinan “ Free rein “ pemimpin mendelegasikan wewenang untuk mengambil keputusan kepada para bawahannya dengan agak lengkap. Pada prinsipnya pimpinan akan mengatakan “ inilah pekerjaan yang harus saudara lakukan. Saya tidak peduli bagaimana kalau mengerjakannya, asalkan pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dengan baik “. Disini pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan tersebut kepada para bawahanya. Dalam artian pimpinan menginginkan agar para bawahan bisa mengendaliakan diri mereka sendiri di dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Pimpinan tidak akan membuat peraturan-peraturan tentang pelaksanaan pekerjaan tersebut, dan hanya para bawahan dituntut untuk memiliki kemampuan/keahlian yang tinggi .
.







BAB III
PEMBAHASAN
3.1    Pengambilan Keputusan
Salah satu peran dan fungsi seorang pemimpin adalah penentu keputusan bagi sebuah komunitas atau sebuah organisasi. Maka seorang atau sekelompok pemimpin dituntut oleh statusnya untuk memiliki kemampuan yang baik dalam pengambilan keputusan. Kemampuan yang baik dalam pengambilan keputusan harus tercermin pada tiga hal: cara, hasil keputusan dan kemampuan menyampaikan hasil keputusan. Hasil keputusan dari seorang pemimpin harus bisa diterima oleh orang-orang yang dipimpin; namun penerimaan tersebut sangat dipengaruhi oleh cara atau proses mengenai bagaimana keputusan itu diambil. Karena kewenangan yang dimiliki oleh pemimpin itu merupakan kewenangan yang diberikan oleh orang-orang yang dipimpin, maka proses pengambilan keputusan harus bisa dikontrol dan dipertanggung-jawabkan kepada yang memberi wewenang.
Pemberian wewenang adalah wujud dari keinginan berkontribusi dari bawahan dalam pemberian keputusan sehingga dengan pengontrolan adalah wujud dari kontribusi bawahan terhadap pengambilan keputusan. Kontribusi yang diberikan kepada pemimpin tujuan akhirnya bukan kepada pemimpin itu sendiri, melainkan kontribusi terhadap usaha mewujudkan nilai-nilai dan cita-cita organisasi atau komunitas. Oleh karena itu proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin harus dipastikan selaras dengan nilai-nilai dan cita-cita organisasi atau komunitas. Maka menjadi jelas bahwa proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin harus transparan dan dapat diukur. Proses pengambilan keputusan yang tidak transparan dan tidak terukur secara hakiki menjadi proses pembusukan sebuah organisasi atau sebuah komunitas. Dan secara khusus akan menjadi proses pengeroposan kepemimpinan itu sendiri. Pengeroposan ini akan menjadikan kepemimpinan kehilangan legitimasi. Dan ketika kepemimpinan kehilangan legitimasi, maka kecenderungannya adalah – gaya kepemimpinan – semakin otoriter.
Untuk menghasilkan proses pengambilan keputusan yang baik, yang transparan dan terukur, pemimpin harus menetapkan mekanisme dan nilai-nilai acuan pengambilan yang dapat diakses oleh orang-orang yang dipimpin. Akses terhadap mekanisme dan nilai-nilai yang menjadi acuan dalam pengambilan keputusan ini akan memungkinkan terjadinya kontribusi dan partisipasi yang lebih intens. Kontribusi dan partisipasi yang lebih intens ini akan semakin memperkokoh legitimasi pemimpin dan kualitas keputusan-keputusan yang dihasilkannya.
Apakah proses pengambilan keputusan yang baik seperti diatas dijamin menghasilkan keputusan-keputusan yang baik juga? Belum tentu. Hasil keputusan bisa bias oleh dua hal. Pertama, informasi yang tidak akurat. Oleh karena itu seorang atau sekelompok pemimpin harus memiliki kemampuan menghimpun dan menyeleksi informasi/data dengan baik. Kedua, motivasi dan kepentingan. Data yang baik, akurat, lengkap dan up to date bisa menghasilkan keputusan melenceng manakala ada motivasi, kepentingan dan niatan yang salah dari pemimpin. Siapa yang bisa mengontrol motivasi dan naiatan seseorang? Tentu tidak ada. Maka, setelah proses pengambilan keputusan, produk keputusan pemimpin harus juga bisa dikontrol. Alat kontrol produk keputusan pemimpin adalah: Pertama, seberapa sesuai nilai-nilai yang terkandung dalam keputusan dengan nilai-nilai organisasi atau komunitas. Kedua, seberapa relevan keputusan itu dengan program, tema dan arah organisasi. Ketiga, seberapa keputusan itu memiliki daya terap (dapat dilaksanakan) bagi organisasi atau komunitas.
Pada akhirnya, keputusan yang baik adalah keputusan yang dapat dimengerti oleh orang-orang yang dipimpin. Maka kemampuan mengkomunikasikan hasil keputusan menjadi sangat penting. Apakah ini sesuatu yang berat? Tentu saja tidak. Karena, ketika proses pengambilan keputusan bersifat transparan dan terukur, ketika produk keputusan masih terbuka terhadap control mereka yang dipimpin, maka sudah dengan sendirinya produk keputusan pemimpin sudah dipahami oleh mereka yang dipimpin. Tetapi sayangnya banyak pemimpin yang karena sejak proses pengambilan keputusan tidak transparan dan terukur, serta tidak ada ruang partisipasi, maka hal mengkomunikasikan keputusan menjadi pekerjaan yang berat. Dan ketika orang-orang yang dipimpin tidak bisa mengerti produk-produk keputusannya, maka dengan mudah alamat kesalahan diarahkan kepada mereka yang dipimpin. Ketika terjadi situasi demikian, maka peluang berkembangnya gaya kepemimpinan yang otoriter semakin besar.
Pengambilan keputusan merupakan salah satu fungsi dari seorang pemimpin. Pengambilan keputusan merupakan proses penerjemahan dari sebuah keinginan-keinginan berbagai fihak.  Pengambilan keputusan adalah soal yang berat karena sering menyangkut kepentingan banyak orang.Tidak ada sesuatu yang pasti dalam pengambilan keputusan . Pemimpin harus memilih di antara alternatif yang ada dan kemungkinan implikasi atau akibat suatu pengambilan keputusan tertentu.
Pengambilan keputusan pada hakekatnya adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah . Pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan –tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Dari pengertian ini dapat diartikan beberapa hal.
Ø  Dalam proses pengambilan keputusan tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan.
Ø  Pengambilan keputusan harus didasarkan kepada sistematika tertentu, antara lain : dengan mempertimbangkan kemampuan organisasi, personnel yang tersedia, situasi lingkungan yang akan digunakan untuk melaksanakan keputusan yang diambil.
Ø  Sebelum suatu masalah dapat dipecahkan dengan baik, hakekat dari masalah tersebut harus diketahui dengan jelas.
Ø  Pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan coba-coba tetapi harus didasarkan pada fakta yang terkumpul secara sistematis, baik dan dapat dipercaya.
Ø  Keputusan yang baik adalah keputusan yang diambil dari berbagi alternatif yang ada setelah alternatif-alternatif itu dianalisa secara matang.

3.2    Langkah-Langkah Pengambilan keputusan
Masalah yang dihadapi oleh seorang pemimpin terikat pada suatu tempat, situasi, orang dan waktu tertentu. Masalah dalam pengambilan keputusan senantiasa dihubungkan dengan tujuan yang jelas. Jenis-jenis masalah yang dihadapi oleh seorang pemimpin berdasarkan intensitas masalah dapat digolongkan menjadi masalah yang sederhana dan masalah yang komplek. Masalah yang sederhana ialah masalah yang mengandung ciri-ciri : kecil, berdiri sendiri dan tidak/kurang mempunyai kaitan dengan masalah lain. Pemecahannya biasanya tidak memerlukan pemikiran yang luas tetapi cukup dilakukan secara individual, yang umumnya didasarkan kepada pengalaman, informasi yang sederhana dan wewenang yang melekat pada jabatan.
Masalah yang komplek yaitu masalah yang mempunyai ciri-ciri : besar, tidak berdiri sendiri sendiri, berkaitan dengan masalah-masalah lain, dan, mempunyai akibat yang luas. Pemecahannya umumnya dilakukan bersamaan antara pimpinan dengan stafnya.
Dilihat dari faktor penyebabnya, masalah yang dihadapi dapat berupa masalah yang jelas penyebabnya (structure problem) dan masalah yang tidak. Jelas penyebabnya (unstructured problem). Masalah yang jelas penyebabnya, faktor penyebabnya jelas. bersifat rutin dan biasanya timbul berulang-ulang, sehingga pemecahannya dapat dilakukan dengan proses pengambilan keputusan yang bercorak rutin dan dibakukan. Proses pengambilan keputusannya pada dasarnya telah ditentukan langkah-langkah tertentu, relatif mudah untuk memperhitungkan hasil serta akibat-akibatnya.
Masalah yang tidak jelas penyebabnya yaitu masalah yang timbul sebagai kasus yang menyimpang dari masalah organisasl yang bersifat umum, faktor penyebabnya tidak jelas. Tehnik pengambilan keputusannya disebut non-programmed decision making technique, dimana diperlukan informasi tambahan, analisa, daya cipta, pertimbangan serta penilaian kasus.
Pengambilan keputusan antara lain juga diartikan sebagai suatu tehnik memecahkan suatu masalah dengan mempergunakan tehnik-tehnik ilmiah. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ada 7 langkahyang perlu diambil dalam usaha memecahkan masalah dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah. Langkah-langkah itu adalah (Siagian SP, 1973) :
1.      Mengetahui hakekat dari pada masalah yang dihadapi, dengan perkataan lain mendefinisikan masalah yang dihadapi itu dengan setepat-tepatnya;
2.       Mengumpulkan fakta dan data yang relevant;
3.       Mengolah fakta dan data tersebut;
4.      Menentukan beberapa alternatif yang mungkin ditempuh;
5.      Memilih cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang telah diolah dengan matang;
6.      Memutuskan tindakan apa yang hendak dilakukan;
7.      Menilai hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat daripada keputusan yang telah diambil.
Ketujuh langkah tersebut seolah-olah mudah untuk diambil, akan tetapi dalam kenyataannya yang telah diuji melalui berbagai eksperimen dan penelitian, pengambilan ketujuh langkah itu tidaklah mudah. Implikasinya ialah setiap pimpinan harus terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya mempergunakan tehnik-tehnik ilmiah dimaksud.
3.3    Peran Kepemimpinan Dalam Pengambilan Keputusan
Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin; sehingga jika seorang pemimpin tidak mampu membuat keputusan, seharusnya dia tidak dapat menjadi pemimpin.  Pengambilan keputusan dalam tinjauan perilaku mencerminkan karakter bagi seorang pemimpin. Oleh sebab itu, untuk mengetahui baik tidaknya keputusan yang diambil bukan hanya dinilai dari konsekuensi yang ditimbulkannya, melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam prosesnya. Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan, sehingga:
1.      Teori keputusan merupakan metodologi untuk menstrukturkan dan menganalisis situasi yang tidak pasti atau berisiko, dalam konteks ini keputusan lebih bersifat perspektif daripada deskriptif;
2.      Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana seorang manajer memperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser jawaban untuk menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data; manajer, secara individual dan dalam tim, mengatur dan mengawasi informasi terutama informasi bisnisnya;
3.      Pengambilan keputusan adalah proses memilih di antara alternatif-alternatif tindakan untuk mengatasi masalah.
Dalam pelaksanaannya, pengambilan keputusan dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu: proses dan gaya pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan; Prosesnya dilakukan melalui beberapa tahapan seperti:
a. Identifikasi masalah
b. Mendefinisikan masalah
c. Memformulasikan dan mengembangkan alternative
d. Implementasi keputusan
e. Evaluasi keputusan
Selain proses pengambilan keputusan, terdapat juga gaya pengambilan keputusan. Gaya adalah lear habit atau kebiasaan yang dipelajari. Gaya pengambilan keputusan merupakan kuadran yang dibatasi oleh dimensi:
1. Cara berpikir, terdiri dari:
a. Logis dan rasional; mengolah informasi secara serial
b. Intuitif dan kreatif; memahami sesuatu secara keseluruhan.
2. Toleransi terhadap ambiguitas
a. Kebutuhan yang tinggi untuk menstruktur informasi dengan cara meminimalkan ambiguitas
b. Kebutuhan yang rendah untuk menstruktur informasi, sehingga dapat memproses banyak pemikiran pada saat yang sama.
Kombinasi dari kedua dimensi diatas menghasilkan gaya pengambilan keputusan seperti:
1. Direktif = toleransi ambiguitas rendah dan mencari rasionalitas. Efisien, mengambil keputusan secara cepat dan berorientasi jangka pendek
2. Analitik = toleransi ambiguitas tinggi dan mencari rasionalitas. Pengambil keputusan yang cermat, mampu menyesuaikan diri dengan situasi baru
3. Konseptual = toleransi ambiguitas tinggi dan intuitif. Berorientasi jangka panjang, seringkali menekan solusi kreatif atas masalah
4. Behavioral = toleransi ambiguitas rendah dan intuitif. Mencoba menghindari konflik dan mengupayakan penerimaan.



















BAB IV
KESIMPULAN
Berdasar perumusan dan pembatasan pembahasan, maka ada beberapa kesimpulan yang dapat kami simpulkan sebagai berikut:
1.      Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
2.      Ada tiga tipe gaya kepemimpinan yaitu:
a.       The Authocrhatic Leader
b.      The Parthicifative Leader
c.       The Free Rein Leader
3.      Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan seorang pemimpin sebagai berikut:
a.       Faktor ego (internal) dari diri seorang pemimpin;
b.      Kondisi bawahan;
c.       Masalah yang dihadapi (sulit/ringan) atau (sederhana/komplek).
4.      Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin ketika harus mengambil suatu keputusan, yaitu:
a.       Mengetahui hakekat dari pada masalah yang dihadapi, dengan perkataan lain mendefinisikan masalah yang dihadapi itu dengan setepat-tepatnya;
b.       Mengumpulkan fakta dan data yang relevant;
c.        Mengolah fakta dan data tersebut;
d.      Menentukan beberapa alternatif yang mungkin ditempuh;
e.         Memilih cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang telah diolah dengan matang;
f.       Memutuskan tindakan apa yang hendak dilakukan;
g.      Menilai hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat daripada keputusan yang telah diambil.




irwan.burhanudin@yahoo.co.id

1 komentar: